TRIBUNNEWS.COM – Dua kali selalu jadi pecundang di babak final tak membuat Li Na putus asa. Petenis asal Cina itu tetap berusaha keras agar bisa merasakan gelar juara untuk kali pertama di grand slam Australia Terbuka.
Kini, unggulan keempat itu mendapatkan kesempatan ketiga tampil di final yang akan digelar, Sabtu (25/1/2014). Li Na siap menghadapi petenis Slovakia, Dominika Cibulkova. Di atas kertas, Lina, juara Prancis Terbuka 2011 itu lebih diunggulkan.
Li Na lolos ke final setelah mengalahkan petenis berusia 19 dari Kanada, Eugenie Bouchard dengan skor 6-2, 6-4 pada semifinal yang digelar di Rod Laver Arena, Melboune, Kamis (23/1/2014). Sedangkan Cibulkova mengalahkan Agnieszka Radwanska 6-1, 6-2.
Ada perubahan gaya permainan yang diperlihatkan Li Na pada penampilannya di Melbourne tahun ini. Pada saat menyingkirkan Bouchard, Li Na langsung unggul 5-0, saat laga baru berjalan 14 menit. Kemudia dia menuntaskan set pertama itu dengan skor 6-2 dalam waktu 28 menit.
Set kedua, Bouchard, petenis dengan julukan "Genie Army" sempat berusaha bangkit dan mengembangkan permainan. Tetapi, Li Na yang memang jauh lebih berpengalaman berhasil menyudahi laga ini dengan kemenangan 6-4. Petenis 31 tahun tersebut mencatat 31 winners, jauh lebih banyak dari catatan Bouchard yang hanya 10 kali.
"Pertandingan yang terakhir yang tentunya akan terasa berat. Saya akan berusaha kali ini untuk bisa lebih baik lagi. Pertandingan yang sulit pada babak final karena Saya pikir kedua finalis akan berusaha berjuang keras di lapangan karena ini adalah perjuangan terakhir untuk mendapat trofi," kata Li Na dilansir Reuters.
Li Na sebelumnya pernah lolos babak final pada musim 2011 dan 2013. Namun dalam dua kesempatan itu dia selalu gagal jadi juara. Dia takluk atas Kim Clijsters pada 2011 dan kalah dari Victoria Azarenka pada final tahun lalu.
"Hari ini saya merasa sangat beruntung. Mohon maaf Saya memenangkan pertandingan!" kata Li Na kepada Genie Army. "Ini sebuah pertandingan tenis, jika kalian senang saya bisa pulang."
"Saya tidak tahu apakah (pelatih Carlos) Rodriguez melihat saya lebih kuat dan lebih pintar. Saya hanya ambil raket dan memainkan bola," kata Li Na menjelaskan tentang performa permainannya yang sering naik-turun kepada pelatihnya yang kemudian membalas dengan mengacungkan jempol ke arahnya.
Membuat semua usaha menjadi lebih sederhana menjadi ciri khas Li Na dalam usahanya untuk meraih trofi turnamen yang memiliki moto: "Grand Slam of the Asia-Pacific" itu.