TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Equestrian sudah menggeliat kembali. Setelah perseteruan terakhir melalui Kejuaraan AE Kawilarang Memorial III di Pegasus Stable, pertengahan Desember lalu, atlet-atlet berkuda ketangkasan dipertemukan kembali dalam sebuah kompetisi yang berlangsung Sabtu dan Minggu (1-2/2/2014) ini di Arthayasa Stable, Ciganjur, Jakarta Selatan.
Ini memang hanya sebuah kompetisi internal dari Arthayasa, salah satu perkumpulan berkuda ketangkasan tertua di tanah air. Akan tetapi, aroma persaingan tersaji tetap menegangkan.
Pasalnya, 'event' ini juga menghadirkan puluhan atlet-atlet terbaik dari berbagai klub angggota Equestrian Indonesia (Eqina), yakni Aragon (Lembang), Pegasus (Sukabumi), Universitas Budi Luhur Stable Gunung Bundar (Bogor), Anantya Riding Club (Gunung Putri) dan Pamulang Stable (Tangerang Selatan).
Juga ada Equinara, yang berhasil menunjukkan eksistensinya meski hanya mengandalkan seorang atlet, yakni Ferry Sutoyo. Di sisi lain, klub-klub anggota Equestrian Federation of Indonesia (EFI) ternyata belum tampil pada kompetisi internal Arthayasa ini.
Tak semua 'rider' bisa segera beradaptasi dan cepat menyesuaikan diri dengan atmosfir persaingan.
Masa istirahat yang cukup lama dan kurangnya 'persentuhan' dengan kuda atau pasangannya masing-masing sedikitnya memberi pengaruh atas penampilan mereka.
'Rider' senior seperti Ferry 'Ai' Sudarmadi dari Aragon termasuk yang sempat kehilangan 'touch' karena keliru membesut kudanya melampaui rintangan yang seharusnya. Begitu juga dengan Dwiputri Sitahapsari dari Anantya Riding Club (ARC) Gunung Putri, yang 'lost control' atas 'Enya' di kelas 100 cm.
Menarik menyaksikan atraksi seru pasangan-pasangan unggulan pada kelas-kelas atas yang hasil akhirnya ditentukan melalui 'jump-off'.
Di kelas 110 cm senior, terjadi pertarungan ketat antara tiga Ferry, yakni Ferry Sudarmadi dari Aragon, Ferry Sutoyo dari Equinara Arthayasa dan Ferry Agustian dari Universitas Budi Luhur Stable.
Gelar juara akhirnya direbut oleh Ferry Sudarmadi yang berpasangan dengan Mahajana, kuda lokal generasi ketiga (G3). Urutan kedua ditempati pasangan Ferry Agustian/I'm Special (UBL Stable), diikuti Ferry Sutoyo/Equinara Giselle (Equinara Arthayasa).
Di kelas 120 cm yang diikuti enam peserta, empat diantaranya membuat 'clear round' pada penampilan reguler untuk kembali berlaga di babak penentuan melalui 'jump-off'.
Raymen Kaunang dengan Conquistador berhasil mempertahankan supremasinya di kelas ini dengan mencatat waktu tercepat 'clear round', disusul oleh pasangan Dennis Cristian Sanjaya/Equiador Four Seasons dan Ferry Sudarmadi/Mahajana.
Di nomor terakhir yang dilombakan, 130 cm, antiklimaks dialami Joko Susilo ketika Saltador tiba-tiba 'ngadat' dimuka rintangan pertama saat 'jump-off sehingga andalan Pegasus Stable itu otomatis dinyatakan tersisih.
Raymen Kaunang juga kurang beruntung karena Conquistador menjatuhkan satu rintangan. Ferry Sutoyo pun melenggang merebut gelar setelah membuat 'clear round' dengan waktu 45,14 dt. Hanya mereka bertiga yang berseteru di nomor 130 cm itu dan sama-sama membuat 'clear round' pada penampilan reguler, sehingga kembali berlaga di 'jump-off'. (tb)
HASIL LENGKAP