TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kompetisi internal Arthayasa yang digelar Sabtu-Minggu (1-2/2/2014) dilangsungkan di lapangan tertutup (indoor) dari klub berkuda milik Rafiq Hakim Radinal, di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan.
Geliat persaingan puluhan 'atlet equestrian yang sebagian besar berasal dari klub-klub anggota Equestrian Indonesia (Eqina) itu tersaji di 'course' seluas 62 x 22 meter.
Menurut keterangan Rafiq, dia memang sengaja menggelar rangkaian perlombaan nomor-nomor tunggang serasi (dressage) dan lompat rintangan (show jumping) dari kompetisi internal ini di lapangan tertutup--walau secara harfiah hanya bagian atas yang tertutup.
Pertimbangannya, mengantisipasi turunnya hujan, mengingat anomali cuaca yang bisa mengakibatkan guyuran air dari langit secara tak terduga. Disamping itu, perlombaan di lapangan tertutup dipandang bisa lebih mempercepat pengembalian ketajaman atau intuisi baik 'rider' mau pun kuda tunggangannya masing-masing, atau pasangannya.
"Ini kesempatan pertama bagi mereka setelah cukup lama beristirahat. Dari pengalaman, tampil di indoor bisa lebih baik untuk mengembalikan performa, jarak yang lebih terbatas membuat atlet dan kuda lebih tertantang untuk presisi," jelas Rafiq Hakim Radinal kepada 'Tribunnews' , Sabtu (1/2/2014) di Arthayasa Stable.
Di negara-negara Eropa, jelas Rafiq, perlombaan juga lebih banyak digelar di 'indoor' ketimbang di lapangan terbuka yang 'space'-nya memang lebih luas.
"Di Eropa lebih banyak musim dinginnya sehingga kejuaraan lebih sering diadakan di indoor, kalau musim panas saja dilangsungkan di lapangan terbuka," terang Rafiq, yang pada 1998 memakili tim berkuda Indonesia di Asian Games Bangkok bersama Ardi Hapsoro Hamidjoyo, Roy Ibrahim dan Indra Rasendi.
Karena di Indonesia dominan musim panasnya, kejuaraan equestrian dilangsungkan di 'course' terbuka. Menurut keterangan beberapa 'rider', perlombaan di lapangan tertutup secara umum memang lebih menyenangkan karena mereka terhalang dari sengatan terik mentari.
Walau demikian, kadang itu pun tergantung dari karakter masing-masing kuda.
"Ada kuda yang justru lebih enjoy kalau tampil di lapangan terbuka," kata 'rider' senior Djolfie Momongan.
Yang jelas, jika di lapangan indoor, jarak antara penonton dengan arena perlombaan relatif lebih dekat sehingga atmosfir ketegangan lebih terasa.
"Pastinya lebih mendebarkan," ujar Rafiq. (tb)