TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Budi Luhur (UBL) dikenal dan dikagumi karena apresiasianya yang tinggi pada olahraga. 'Stakeholder' dari perguruan tinggi terbesar di Jakarta Selatan ini memberikan dukungan luar biasa pada pencapaian prestasi olahraga, khususnya yang diperoleh kalangan civitas academikanya.
Tak berlebihan jika sejak awal UBL senantiasa menggenjot mahasiswanya untuk menggeluti dan mengembangkan kemampuan berolahraganya, sejatinya olahraga berprestasi.
Disamping olahraga umum yang sudah populer, seperti sepakbola, basket, bulutangkis, UBL menjadi pionir dari perguruan tinggi yang
mengembangkan olahraga berkuda. Padahal, di luar negeri, hal ini sudah biasa. Menurut penelusuran, untuk Indonesia, hanya UBL yang memiliki perkumpulan/klub berkuda di mana para mahasiswanya ditantang untuk menggeluti olahraga tersebut dengan pemberian berbagai keistimewaan, misalnya beasiswa, jika berprestasi.
Saat ini klub berkuda UBL memiliki 30-an ekor kuda, beberapa diantaranya bahkan ditaruh di kandang khusus yang berada dibagian
belakang kampus utama UBL di Jalan Ciledug Raya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Konsistensi UBL pada olahraga berkuda memang tak bisa dilepaskan dari kecintaan 'stakeholder' UBL sendiri pada berkuda, khususnya Ketua Harian Yayasan Budi Luhur Kasih Hanggoro yang sangat menyukai olahraga ini. Kasih Hanggoro, dan anak tertuanya, Justin Bongsoikrama, bahkan kerap turut serta dalam berbagai kejuaraan berkuda equestrian.
Walau demikian, Kasih Hanggoro sendiri sesungguhnya adalah seorang pencinta olahraga sejati. Dia juga dikenal sebagai pegiat otomotif,
pernah dua kali ikut Reli Dakar, dan sampai saat ini masih aktiv 'menggeber' motor besar bersama kawan-kawannya, bahkan hingga
'try-out' atau tur ke mancanegara.
Tak berlebihan jika Kasih Hanggoro selalu mencoba menumbuhkan tantangan baru bagi siswanya, tak terkecuali dalam pencapaian pestasi dari olahraga yang kerap disebut-sebut tak lazim atau ekstrim, misalnya stakeboard. Ini juga mungkin didasari pada kecintaan putra bungsunya, William Bongsoikrama, pada skateboard tersebut.
Di dalam area kampus pusat UBL bahkan ada sarana untuk berlatih skateboard, yang walau pun sangat mini, namun mewujudkan tantangan
yang besar. Bisa dibayangkan, bagaimana jika kedepannya nanti Kasih Hanggoro memenuhi visinya untuk menjadikan UBL sebagai perguruan tinggi yang mengedepankan pendidikan yang berbudi luhur dan cerdas, membudayakan prestasi olahraga sebagai cermin budaya bangsa. Bisa dipastikan UBL akan menjadi salah satu pusat penggemblengan olahraga, dari lingkup perguruan tinggi.
Kasih Hanggoro selalu memberi apresiasi pada pencapaian prestasi olahraga yang diperoleh siswanya. Itu juga yang ditunjukkannya saat
tim balap sepeda ekstrim Budi Luhur, yakni Budi Luhur-69er-Rudy Bike, mampu membawa nama baik kampus pada 'event' yang mereka terjuni. Kasih Hanggoro meminta para 'bikers' Budi Luhur senantiasa tampil baik untuk mengharumkan nama kampus. Dia mengharapkan 'bikers' Budi Luhur bisa terus eksis.
Baru-baru ini tim balap sepeda Budi Luhur yang tergabung dalam Budi Luhur-69er-Rudy Bike tampil menawan pada sebuah kejuaraan di Halim. Dari laporan koordinator Budi Luhur-69er-Rudy Bike Hanny Sutanto kepada Linda Islami, PR Budi Luhur, para 'bikers' Budi Luhur
rata-rata sudah tampil lebih baik dibanding kejuaraan yang mereka ikuti sebelumnya.
Dalam laporannya Hanny Sutanto juga menyampaikan bahwa pada 25 Mei mendatang mereka akan mengikuti serangkaian kegiatan di Cihuni, Jabar, diantaranya 5km offroad, simulasi MTB XC Race.
"Ini dalam rangka HUT Cihuni Bike Community. Ada juga run 5km exhibition. Pak Aang (maksudnya Kasih Hanggoro) kabarnya juga akan ikut run 5 km offroad. Kalau ada siswa UBL yang berminat run 5 km exhibition, bisa segera didaftarkan," terang Hanny Sutanto. (tb)