News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

MotoGP

Desakan Penghapusan Sprint Race di MotoGP 2025, Balapan Hari Minggu Tak Lagi Sakral

Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tepat setelah start balapan MotoGP Austria 2024, Pecco Bagnaia dan Jorge Martin bersaing di Sirkuit Red Bull Ring, Minggu (18/8/2024).

TRIBUNNEWS.COM - Desakan untuk menghapus balapan ekstra hari Sabtu alias sprint race di MotoGP 2025 terus menggema. 

Kegagalan Francesco 'Pecco' Bagnaia juara dunia MotoGP 2024 menjadi kaca benggala untuk mendesak Dorna maupun Liberty Media menghapus sprint race.

Pecco Bagnaia menjadi ironi tersendiri di MotoGP 2024. Pembalap Ducati Lenovo Team ini gagal menutup musim sebagai pemuncak klasemen, meski secara jumlah kemenangan menjadi yang paling banyak.

Bahkan 50 persen lebih dari jumlah seri yang digelar di MotoGP 2024, sukses dimenangkan oleh suami Domizia Castagnini.

Total di balapan utama, Pecco Bagnaia mengemas 11 kemenangan berbanding 3 milik Jorge Martin sebagai juara dunia MotoGP 2024.

Pembalap Prima Pramac asal Spanyol Jorge Martin (kanan) memimpin balapan saat ia membalap Tissot Sprint pada Grand Prix MotoGP Thailand di Sirkuit Internasional Buriram di Buriram pada 28 Oktober 2023. (LILLIAN SUWANRUMPHA / AFP)

Jika memaksa membuat komparasi dengan musim 2020 saat Joan Mir menjadi kampiun, situasinya jelas berbeda jauh.

Joan Mir menjadi juara dunia MotoGP 2020 dengan jumlah kemenangan paling sedikit, yakni 1 kali. Bahkan JM36 hingga detik ini memegang rekor sebagai rider dengan jumlah kemenangan paling sedikit yang endingnya menyabet titel pembalap terbaik.

Namun yang perlu menjadi catatan, pada musim tersebut Dorna Sports belum memberlakukan sprint race. Artinya, Joan Mir benar-benar mengandalkan konsistensi untuk terus finis di zona poin saat juara dunia bersama Suzuki Ecstar.

Kemudian jika ditelisik sejak awal mula balapan MotoGP dimulai, yakni tahun 1949, para pembalap sudah terbiasa melakukan tampil habis-habisan di hari Minggu sebagai race utama.

Sedangkan di hari Jumat-Sabtu, para rider lebih banyak mencari data dan set-up motor.

Hal ini berbanding kontras sejak sprint race diperkenalkan di MotoGP tahun 2023. Para pembalap memiliki sedikit waktu untuk melakukan adaptasi dan set-up motor.

Pola pikir pembalap pun terpecah, ada yang fokus kepada balapan sprint race, ada juga yang masih menempatkan balapan utama di hari Minggu sebagai sesuatu yang 'sakral'.

Baca juga: Cara Bagnaia Menghibur Diri, Kegagalan Marc Marquez Segel Juara Dunia MotoGP 2015 Jadi Panutan

Pun yang menjadi sorotan miring adalah, penentuan gelar juara dunia MotoGP dapat dilakukan pada sprint race. Padahal sebelum 2023, perebutan kampiun selalu berlangsung di hari Minggu.

Ini yang kemudian membuat kesakralan perebutan gelar juara dunia MotoGP bak kehilangan esensinya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini