TRIBUNNEWS.COM - Hidup di jalanan sebagai pengamen sejak kecil, Sudarmanto (18) tak pernah menyangka akan berangkat ke Amerika untuk mewakili Indonesia dalam pertandingan bola basket di ajang Special Olympics World Summer Games khusus tunagrahita, 20 Juli mendatang.
Sejak usia 5 tahun, Sudarmanto sudah hidup di jalanan, tepatnya di perempatan Gondomanan Kota Yogyakarta. Bahkan setiap hari, dia harus rela tidur di emperan toko. Panas, hujan dan dingin udara malam sudah menjadi sahabatnya.
Anak bungsu dari enam bersaudara ini menuturkan, tak jarang ketika mendengar suara teriakan "razia", dia harus bergegas bangun dan segera berlari, adu cepat dengan petugas yang melakukan penertiban. Hidup sebagai pengamen di jalanan, menurut dia, dilakoninya karena kondisi fisik dan perekonomian keluarga.
"Sehari dapat Rp 20.000, kadang Rp 10.000, ya tidak pasti," ungkap Sudarmanto.
Selama hidup di jalanan, dia mengaku pernah terbersit di benaknya untuk sekolah demi masa depan yang lebih baik. Namun karena kondisinya, impian itu hanya dipendamnya.
Namun, pada tahun 2007, tak disangka seorang guru SLBN 2 Yogyakarta, Eka Kurniawan (47), menghampirinya di Perempatan Gondomanan.
Saat itu, dirinya ditawari untuk sekolah karena ada program Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus. Tanpa berpikir panjang, Sudarmanto menerima tawaran itu. Dia pun masuk SMPLB di sekolah SLB N 2 Yogyakarta.
"Awal-awal saya masih sering bolos kembali ke jalanan. Ya sudah merasa asik dijalanan, saya belum bisa menikmati hidup baru," tandasnya.
Sudarmanto mulai melupakan jalanan dan benar-benar fokus ketika ia melihat temanya mengamen di perempatan Gondomanan berangkat ke Athena. Mewakili Indonesia dalam Special Olympics Word Summer Games cabang bola Basket.
"Saya ingin seperti kakak kelas bisa main basket ke luar negeri. Dari SMP itu saya mulai berlatih," tuturnya.
Melihat bakatnya, guru olahraga Wisnu Satria memasukannya dalam tim basket SMALB saat berlatih, meski saat itu Sudarmanto masih duduk kelas tiga SMPLB. Wisnu menggabungkannya dengan tim senior agar dia dapat belajar cara bermain dari senior-seniornya. Karena melihat semangat Sudarmanto yang besar dan untuk mengasah kemampuannya, Wisnu memasukkan Sudarmanto ke sebuah klub basket di Yogyakarta.
Ketika berlatih di klub pun, teman-temannya tak mengira bahwa Sudarmanto adalah penyandang tunagrahita. Pasalnya, kemampuan Sudarmanto dalam bermain basket dinilai luar biasa.
Lulus SMPLB, Sudarmanto lalu melanjutkan sekolah yang sama yakni SLBN 2 Yogyakarta. Kesempatan untuk meraih cita-citanya mulai terbuka ketika tahun 2014 lalu, Sudarmanto masuk dalam tim bola basket Porda Khusus tunagrahita DI Yogyakarta.
Tak disangka, dari sekian banyak pemain, Sudarmanto terpilih untuk mengikuti seleksi nasional di Makassar bersama 40 anak lainnya dari berbagai daerah.
Saat seleksi, Sudarmanto sempat hampir gagal akibat mengalami cedera kaki dan harus dirawat tim kesehatan. Namun karena tak ingin kesempatannya terlewat, remaja kelahiran 12 Juni 1997 nekat melanjutkan seleksi meski menahan sakit.
Permainan dan kemampuan Sudarmanto bermain basket akhirnya berhasil memikat tim seleksi. Dari 12 anak yang akan memakili Indonesia dalam Special Olympics Word Summer Games khusus tunagrahita di Amerika, Sudarmanto menjadi salah satu anggota tim yang berangkat.
"Senang akhirnya bisa mewakili Indonesia berangkat ke Amerika. Saya sampai nulis status di FB," katanya sambil tersenyum.
Sebelum berlaga dalam ajang itu, Sudarmanto akan mengikuti pelatnas di Jakarta dari tanggal 1 Juni hingga 19 Juli 2015.
"Saya ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia," pungkasnya.