TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) RI sangat mengecewakan dalam 100 hari kerja.
Situasi ini mengundang kritik pedas dari sejumlah mantan atlet nasional yang bergabung dalam Forum Komunikasi Mantan Atlet Nasional (FK MAN).
Dalam diskusi yang digelar di Gedung Kompas Gramedia, Senin (16/2), sejumlah mantan atlet ramai-ramai mengungkapkan kekecewaan terhadap kinerja Menpora Imam Nahrowi.
Mereka menilai tidak ada aksi nyata yang dilakukan Menpora, padahal sejumlah turnamen penting sudah menanti di depan mata. Kritikan itu juga dialamatkan kepada Satlak Prima.
"Peranan Satlak Prima saat ini tidak sejalan dengan undang-undang. Satlak Prima bertanggung jawab mendukung federasi olah raga untuk melaksanakan pelatihan performa tinggi (PP). Tapi sekarang seperti hanya menjadi mediator administratif," tutur Taufik Hidayat, kordinator FK MAN.
"Satlak seperti penampungan tenaga kerja yang mayoritas diisi orang-orang yang tidak kompeten, sehingga banyak pasal-pasal yang tidak berjalan sebagaimana mestinya," sambung Taufik, yang pernah menyumbang medali emas Olimpiade Athena 2004 untuk Indonesia.
Selain mengkritik kinerja komponen penunjang Satlak, mantan-mantan atlet juga mengeluhkan pengelolaan keuangan yang tidak transparan. Akibatnya, sejumlah kebutuhan untuk atlet tidak terpenuhi. Seperti peralatan atlet yang tidak memadai dan juga kesejahteraan atlet yang minim.
"Kejadian semacam ini sering terulang. Saya juga pernah mengalaminya ketika mau tampil di Olimpiade London 2012. Ketika itu saya dijanjikan akan mendapat dana untuk mengikuti turnamen, tapi nyatanya sampai sekarang nihil. Sayaberangkat dengan biaya sendiri," ujar Taufik.