Suwarno mengaku dirinya hanyalah menjalankan program saja sedangkan masalah dana dan peralatan itu semua diatur Kemenpora.
Yang lebih parah lagi, kata Suwarno, adanya enam cabang olahraga yang tidak direkomendasikan Satlak Prima ke SEA Games.
Belum lagi adanya pergantian atlet tenis meja yang sudah ditetapkan sebagai tim inti. Ditambah lagi, adanya pergantian manajer di cabang tenis meja dan berkuda.
"Kita sudah menjaring yang terbaik melalui seleksi. Tetapi, tetap saja ada atlet tenis meja yang dimasukkan tim SEA Games Singapura 2015, padahal mereka menolak mengikuti seleksi. Itu kan jelas melanggar kesepakatan dimana atlet berpeluang yang diberangkatkan," paparnya.
"Pergantian manajer berkuda hanya karena tidak sejalan dengan KOI. Dan, pergantian manajer tenis meja yang berakibat salah menyusun komposisi pemain," ujarnya.
Suwarno yang mantan Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampres) ini mengaku tidak merasa khawatir jika dirinya tersingkirkan akibat menguak kegagalan kontingen Indonesia.
"Saya tidak pernah takut menguak kegagalan Indonesia di SEA Games Singapura, lagian saya juga tidak mempunyai kepentingan apa-apa," tandasnya.
Selama mendampingi atlet Indonesia di arena SEA Games Singapura, Suwarno mengaku hanya diberikan ID card Observer sehingga dia tidak leluasa memberikan dukungan terhadap atlet binaannya.
Selain itu, Suwarno mendapatkan fasilitas hotel yang kurang memadai serta jauh dari kenyamanan.
"Saya hanya diberikan ID Card observer dan menginap di hotel under construction (dalam taraf renovasi)," selorohnya.