TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Sebuah wadah tunggal seyogyanya menjadi dambaan seluruh stakeholders equestrian.
Untuk itu, komunitas berkuda ketangkasan mestinya menepis ego masing-masing dan menghilangkan kepentingan kelompok.
"Saya kira inilah kesempatan terbaik bagi kita semua untuk berhimpun dan merumuskan apa yang diinginkan," ungkap Rafiq Hakim Radinal, salah satu tokoh senior berkuda ketangkasan, Rabu (9/7),
Ditemui di acara buka bersama di kediamannya di Pratama Hills, kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rafiq Hakim Radinal menjelaskan bahwa pembentukan wadah tunggal berkuda ketangkasan adalah satu-satunya pilihan untuk membuat disiplin berkuda ini lebih maju.
Sehubungan dengan rencana pembentukan wadah tunggal equestrian ini, Rafiq bersama Ketua Umum PP Pordasi Mohammad Chaidir Saddak, tokoh senior berkuda Triwatty Marciano yang juga pemilik APM Equestrian Center, serta Jose Rizal Partokusumo dan Dewi Anggraeni pada Rabu (1/7) pekan lalu sudah menemui Menpora Imam Nahrawi.
Kepada Menpora Imam Nahrawi juga disampaikan keputusan Badan Arbitrase Olahraga Internasional (Court of Arbitration for Sports/CAS) atas gugatan yang diajukan PP Pordasi terhadap Komite Olimpiade Indonesia (KOI), terkait dengan pengalihan hak 'NF' equestrian dari PP Pordasi ke EFI (Federasi Equestrian Indonesia).
Dengan keputusan CAS tersebut, maka hak 'NF' equestrian harus dialihkan kembali ke PP Pordasi.
"Saat itu menpora antara lain menyatakan bahwa penyelesaian dualisme pengelolaan equestrian akan dimediasi oleh KONI Pusat. Jadi, sekarang ini kita menunggu langkah apa yang akan dilakukan oleh pimpinan KONI Pusat," terang Rafiq.
Dari keterangan yang diperoleh Rafiq, pimpinan KONI Pusat sebenarnya sudah sangat memahami persoalan equestrian.
Bahkan terakhir disebut-sebut, Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman menyatakan bahwa Irvan Gading, ketua EFI, sudah bersedia menyerahkan hak NF dari equestrian tersebut. Akan tetapi, Irvan Gading sendiri belakangan semakin sulit ditemui. tb