Di Pemula A/B, Jateng mendominasi melalui Merry Eclipse dan Zena Eclipse, bercokol di urutan pertama dan ketiga. Juara kedua buat Sumbar lewat Bahana Agogo. Jatim, yang menempatkan empat finalis, justru nihil.
Di Pemula C/D, Jabar mendominasi melalui Sagar Matha di urutan pertama dan Maesa Agni d/h Bathian di posisi ketiga. Natalma Eclipse, dari Jateng, runner-up, sementara Jatim nihil.
Hal-hal seperti itu yang harus dibenahi Jatim di Seri-II nanti. Jika bertekad merebut gelar juara umum, seperti tahun 2013, maka strategi penempatan kuda disemua kelas juga harus unggul.
Kalau soal kekompakan, tahun ini kontingen Jatim jauh lebih solid. Lihatlah bagaimana strategi memenangkan Derby Indonesia! Itu hal nyata.
Peluang utama tetap untuk King Runny Star, agar 'double winner' dapat diraih (Indonesia Derby dan sekaligus Triple Crown).
Namun, Sky Runner sebagai pengumpan untuk memancing lawan tidak dapat dimaksimalkan. Oleh karena itu, agar Derby Indonesia tergapai, maka Beauty Eagling yang tidak begitu diperhatikan oleh yang lain di 600 meter terakhir, langsung tancap gas full sampai akhirnya memenangkan kelas paling bergensi itu.
King Halim Stable harus memperpanjang masa penantiannya lagi untuk menggapai Triple Crown, setelah 25 tahun berusaha, dan masih nyaris karena finis diposisi ketiga.
Sementara, Ra3ya Stable pendatang baru dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini justru berhasil menjuarai Derby Indonesia.
Itulah misteri Derby Indonesia itu, yang sangat sulit diprediksi sebagaimana pernah diulas sebelumnya.
Yang pasti, sekali lagi, meski kontingen Jatim kini lebih kompak, namun itu saja belum cukup. Diperlukan strategi dan penempatan kuda yang merata disemua kelas.
Ini yang kurang dari tim Jatim itu. Bagaimanapun, strategi adalah panglima untuk memenangkan pertandingan. tb