TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Rencana pembuatan venues equestrian Asian Games XVIII/2016 masih simpang siur.
Mungkin karena itu pula hingga saat ini pembangunan venues untuk perlombaan berkuda ketangkasan atau equestrian tersebut belum bisa dimulai.
Ada spekulasi bahwa venues untuk equestrian Asian Games XVIII/2016 tersebut akan dibangun di Pulo Mas. Venues equestrian tersebut akan di buat di sebagian dari arena gelanggang pacuan kuda.
Namun, dari maket pembangunan venues equestrian yang diperoleh komunitas pacuan, venues equestrian tersebut ternyata dibangun dengan menyita hampir keseluruhan tempat yang selama ini dimanfaatkan untuk pacuan kuda.
Maket pembangunan venues equestrian Asian Games XVIII/2016 tersebut dibuat oleh PT Pulo Mas Jaya, yang berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 14 tahun 2016 yang ditandatangani 25 Januari 2016, mendapat tugas untuk mengembangankan lahan di Pulo Mas untuk equestrian Asian Games XVIII/2016.
Dalam rencana pembuatan venues equestrian tersebut PT Pulo Mas Jaya yang merupakan BUMD milik Pemda DKI Jaya disebut-sebut telah bekerjasama dengan Rafiq Hakim Radinal.
Dari kerjasama tersebut, diperoleh konsultan dari Singapura yang membantu membuatkan desain dari venues equestrian tersebut.
Desain telah dibuat, akan tetapi sebagai konsekuensinya PT Pulo Mas Jaya diharuskan membayar Rp 10 miliar kepada konsultan desain dari Singapura itu, yang disebut-sebut bernama Mr. Ho.
Perihal kerjasama antara PT Pulo Mas Jaya dengan Rafiq Hakim Radinal ini disampaikan oleh Ketua Pengprov Pordasi DKI Jaya Alex Asmasoebrata beberapa hari lalu.
Dalam keterangan persnya di Sekretariat Pengprov Pordasi DKI Jaya di Pulo Mas itu, Alex Asmasoebrata yang didampingi beberapa pengurus terasnya juga menyebutkan adanya fee sebesar Rp 10 miliar yang harus dibayarkan PT Pulo Mas Jaya kepada konsultan dari Singapura itu.
Bagaimana Rafiq Hakim Radinal bisa bekerjasama dengan PT Pulo Mas Jaya, kata Alex Asmasoebrata, itu karena Rafiq Hakim Radinal sudah sejak lama melakukan pendekatan kepada BUMD milik Pemprov DKI Jaya tersebut.
Bahkan disebutkan bahwa Rafiq sudah membawa rancangan pembuatan venues questrian Asian Games XVIII/2016 itu sejak ia masih bergabung dengan Equestrian Federation of Indonesia (EFI) pimpinan Irvan Gading.
Celakanya lagi, dari penuturan Alex Asmasoebrata, proses pengembangan cabang equestrian yang berlangsung di Pulo Mas untuk persiapan Asian Games XVIII/2016 tersebut dinilai melanggar aturan hukum dan tidak sesuai standar internasional.
Dalam upaya pembuatan venues tersebut PT Pulo Mas Jaya sepertinya tidak bekerjasama dengan PP Pordasi selaku National Federation (NF/Federasi Nasional) dari cabang equestrian di Indonesia.