TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pebalap muda Indonesia, Muhammad Sean Gelael masih merasa belum puas dengan performa balapnya di ajang GP2 bersama Tim Pertamina Campos Racing.
Pebalap berusia 19 tahun ini menilai masih ada masalah yang belum terselesaikan olah timnya dan masih banyak potensi yang belum keluar sehingga performa tim belum bisa kompetitif.
”Mobil kami masih kurang kompetitif. Ada masalah pada ban sehingga kami tidak bisa maksimal. Apa pun yang kami ganti, masalahnya tetap ada. Sejauh ini belum ada solusi yang tepat. Mudah-mudahan di Monza kami bisa mendapat mukjizat dan bisa mendapatkan mobil yang kompetitif,” ujar Sean.
Hal senada juga diungkapkan rekan setimnya Mitch Evans.
“Kami seharusnya bisa berada di posisi yang lebih bagus dari sekarang karena kami punya potensi yang besar. Cuma kami masih punya persoalan yang belum terselesaikan dan ini pekerjaan rumah buat semua anggota tim,” kata Evans.
Faktanya, sejak balapan pertama di Barcelona Spanyol sampai seri ke delapan di Belgia kemarin, Tim Campos Racing cuma sekali menempatkan pebalapnya di posisi sepuluh besar dalam sesi kualifikasi, yakni pada balapan di Monaco.
Padahal, Mitch Evans yang sudah berpengalaman di GP2 selama tiga musim dan tahun lalu berada di posisi lima besar, diharapkan bisa bersaing di barisan depan.
Belum didapatkannya setelan mobil yang pas memang menjadi pekerjaan rumah. Pada balapan di Belgia Sabtu dan Minggu lalu, Sean dua kali berada di posisi ke-18. Sementara Evans berada di posisi ke-16 dan ke-13.
Evans terakhir kali mendapat poin pada balapan sprint di Hongaria. Sementara Sean terakhir kali mendulang poin di sirkuit Red Bull Ring, Austria, yang menjadi hasil terbaik tim Pertamina Campos Racing dengan menempatkan Evans dan Sean di posisi podium satu-dua.
“Ya, tentu kami ingin tampil lebih konsisten. Kami bersama tim harus harus bekerja lebih keras untuk mewujudkan itu. Sebenarnya kami berharap setelah jeda liburan musim panas ada perubahan yang signifikan. Akan tetapi, ternyata kami belum juga bisa menyelesaikan masalahnya,” papar Sean.
Balapan di Monza kondisinya hampir sama dengan balapan seri Belgia. Karakter sirkuit Monza hampir sama dengan sirkuit Spa yang merupakan trek cepat. Trek balap ini memiliki panjang lintasan 5.793 meter dengan 11 tikungan.
Di sirkuit inilah para pembalap bisa memacu kendaraan mereka sekencang-kencangnya. Karena Monza merupakan sirkuit yang paling minim hambatan.
Untuk menang di sirkuit ini, mobil harus disetting dengan downforce yang rendah. Tujuannya agar lebih kencang untuk bersaing dengan kompetitor.
Namun settingan ini membutuhkan skill deselarasi ekstra. Dimana settingan downforce telah dikurangi sehingga mengganggu keseimbangan.
Dengan karakteristik Monza yang seperti ini, berarti pebalap harus pintar-pintar mengatur rem. Terutama sesaat sebelum memasuki tikungan setelah lintasan lurus.