Laporan Wartawan SuperBall.id, Mochamad Hary Prasetya
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Protes demi protes dilakukan oleh beberapa kontingen pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat.
Setelah sebelumnya tercium aroma kecurangan pada kasus Judo dan Gantole, kali ini giliran terjadi cabang olahraga sepatu roda yang dilaksanakan di Kompleks GOR Sapura, Bandung, Kamis (22/9/2016).
Seperti dilansir dari laman resmi KONI DKI, indikasi kecurangan muncul setelah lintasan ternyata belum dilengkapi timer digital.
Akibatnya, perlombaan sepatu roda hanya memakai timer manual, atau stopwatch.
Manajer Sepatu Roda Jawa Timur, Bambang Eko, sedikit memprotes terkait tidak adanya timer digital dalam venue tersebut.
"Ini kelas PON kok' pakai manual? sangat riskan kalau selisih waktunya tipis apalagi di nomor ITT," ucap Bambang Eko.
Lebih lanjut Bambang cukup curiga dengan perhitungan waktu tidak diumumkan satu persatu setelah atlet tampil.
Namun, baru diumumkan setelah seluruh atlet menyelesaikan perlombaannya.
"Di kejuaraan apapun, kalaupun pakai manual, langsung diumumkan satu persatu catatan waktunya, tidak menunggu selesai," ucapnya.
Kekhawatiran Jatim akan terjadi kecurangan di nomor ITT akhirnya terbukti.
Pada kelas ITT 300 meter putra, hasil perhitungan panitia tidak sama dengan catatan waktu beberapa kontingen.
Hasil panitia menyatakan atlet Jawa Barat mendulang medali emas atas nama Azmi Al Ghifari Djayadi dengan catatan waktu, 00.26.256 detik. Disusul Mirko Andrasari dari DKI Jakarta 26.258 detik di posisi kedua. Sedangkan medali perunggu diraih Jatim, Reza Oktoriyanto (00.26.463 detik).
Sementara pada catatan waktu dari tim DKI Jakarta dan Jatim, medali emas harusnya jatuh ke atlet DKI.