TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ananda Rizky Fauzi, satu dari kontingen gamers Indonesia mengaku kecewa soal kebijakan organisasi game Indonesia e-Sports Association (IeSPA).
Pria asal Bekasi itu mengatakan hanya diberi modal Rp 1 Juta dari Sekjen IeSPA Prana selama kompetisi e-Sports berlangsung dalam ajang internasional The Association For International Sport for All (TAFISA) 2016 di Jakarta, 6-12 Oktober.
"Jujur saja kami tidak diberikan fasilitas cukup. Tidak perlu mewah tapi paling tidak sesuai kebutuhan, apalagi kami dipercaya mewakili negara Indonesia," keluhnya.
Modal atau budget Rp 1 Juta termasuk keperluan makan, akomodasi, serta untuk membayar billing warnet (warung internet).
Menurut pengakuannya, kontingen gamers Indonesia ini menghuni di sebuah apartemen yang terletak di kawasan Taman Anggrek, Jakarta Barat.
"Kami tidak diberikan fasilitas house gaming untuk latihan. Tempat tinggal (apartemen) bisa dibilang tidak layak," ujarnya
Sebagai wakil Indonesia, Ananda meminta keadilan dari pihak terkait yang menaunginya yakni IeSPA dan Federasi Olahraga Rekreasi-Masyarakat Indonesia (FORMI).
"Walaupun kami tidak dituntut juara tapi setidaknya ada keadilan. Hidup enam hari dengan Rp 1 Juta apa iya cukup? termasuk bayar billing warnet di Jakarta yang relatif mahal. Belum lagi ada orang Banjarmasin yang juga bagian dari tim kami League of Legends," paparnya.
E-Sports, olahraga elektronik memperlombakan tiga nomor di antaranya League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Hearthstone: Heroes of Warcraft.
Dari tiga nomor itu, tim CS GO, NXL sebagai tim profesional Asia dari Indonesia dijagokan masuk ke kuarter final.