TRIBUNNEWS, COM. TIGARAKSA - Gelaran Seri Kejuaraan Dunia Berkuda Lompat Rintangan atau FEI World Jumping Challenge (FEI WJC) untuk Indonesia, serta Kejuaraan Berkuda Ketangkasan (Equestrian) Cinta Indonesia Open/CIO 2016 sama-sama berakhir Minggu (13/11/2016) sore ini.
Dua event equestrian bergengsi yang diselenggarakan di Adria Pratama Mulya (APM) Equestrian Centre, Desa Tapos, Tigaraksa, Tangerang, ini, sejauh ini menjadi hajat akbar terbaik dari pentas berkuda ketangkasan di tanah air.
FEI WJC sebenarnya menjadi event milik PP Pordasi, namun diserahkan pelaksanaannya ke APM Equestrian Centre, yang sudah memiliki agenda tahunan berupa CIO.
Jika FEI WJC hanya mengomentisikan kelas 110 cm, 120 cm dan 130 cm yang sekaligus berkategori challenge dan pesertanya terbatas, maka CIO sebaliknya.
CIO sejatinya digelar sebagai wadah berkompetisi bagi rider-rider usia muda, sehingga menjadi wadah pembibitan, pembinaan dan kawah candradimuka bagi calon-calon rider nasional di masa depan.
Kelas-kelas yang dikompetisikan di CIO sebagian besar diberikan kepada rider-rider remaja, terutama dari kalangan sekolah, baik SD, SMP atau SMA.
Mereka ramai berkompetisi baik di nomor-nomor Dressage (tunggang serasi) atau lompat rintangan (Jumping). Peserta CIO dari kalangan siswa/siswi sekolah ini meningkat dari tahun ke tahun, sejak pertama kali diselenggarakan pada 2007.
Tak berlebihan jika event CIO ini menuai pujian dari luar negeri. Para pakar equestrian dari mancanegara yang berperan di CIO 2016 ini, misalnya, menunjukkan dua jari jempolnya untuk penyelenggaraan CIO, khususnya CIO ke-9 tahun 2016 ini. Ho Nai Yue, dari Singapura, dan Cristoph Johnen, dari Jerman, misalnya.
"Di Singapura, no! Tak banyak anak sekolah yang diikutkan di kejuaraan-kejuaraan," ujar Ho Na Yue sembari menjentikan jempolnya kebawah, saat ditemui Sabtu (12/11) petang di APM Equestrian Centre.
Cristoph Johnen melihat keistimewaan CIO dari sisi lain. Rider-rider Indonesia, katanya, cepat mudah menyesuaikan diri dengan ground dan rintangan yang berada di area seluas lebih dari 100 meter itu.
"Tentu karena mereka sering berkompetisi, itu sangat bagus," kata Johnen.
Ia juga memuji kontur dari lapangan utama (main-course) untuk jumping yang ada di APM Equestrian Center ini.
"Lapangan cepat menyerap air, berarti drainasenya bagus," ungkap Johnen.
Ia adalah Course Designer FEI Level 3 yang sudah berpengalaman mendisain trek penuh tantangan untuk kompetisi berkuda ketangkasan. Sementara, Ho Na Yue adalah President of Ground Jury CIO & WJC.
Disamping keduanya, masih ada empat pakar dari FEI yang terlibat dalam gelaran FEI WJC dan CIO 2016 ini.
Yakni, Titien Irvianty, juga dari Singapura, yang menjadi Jumping Judge FEI Level 3 CIO & WJC, serta Lorrein H.De.Bottreau (Argentina), Dressage Judge CIO, Mirjanovic Snezana (Singapura), Dressage Judge FEI Level 2 CIO, dan Fernando Vittorio (Filipina). tb