TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lembaga Anti Doping Indonesia diharapkan siap bersinergi dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat dalam mengatasi kondisi darurat doping di Tanah Air. Demikian salah satu dari sembilan rekomendasi yang dihasilkan dalam diskusi bertema.
“Kasus Doping PON XIX 2016 Peringatan Keras Dalam Meraih Sukses Prestasi Di Asian GamesXVIII/ 2018” yang dilaksanakan Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) PWI Pusat di Lantai 10 Gedung KONI Pusat, Senayan, Jakarta, Kamis (19/12017).
“LADI ke depan akan makin intensif melakukan sosialisasi untuk mengatasi doping di Indonesia. Untuk itu kami akan bersinergi dengan KONI Pusat sebagai induk dari cabang olahraga di Indonesia,” ujar Ketua LADI, Zaini Kadhafi Saragih dalam paparannya di hadapan puluhan wartawan yang mengikuti diskusi tersebut dengan antusias sejak pukul 13.00 – 15.30 WIB.
Zaini yang mantan dokter tim nasional sepak bola Indonesia itu menjelaskan, LADI saat ini tengah berjuang agar bebas dari sanksi WADA (Lembaga Anti Doping Dunia). Nasib LADI akan ditentukan sebelum sidang WADA, Mei 2017. Bila sanksi sudah bebas maka LADI akan bisa lebih fokus dalam menjalankan programnya memerangi doping di Indonesia.
Dia memarkan, kepengurusan LADI yang baru berusia satu minggu, sudah menyiapkan berbagai program untuk menyosialisasikan penanggulangan doping. Februari nanti LADI akan bertemu dengan induk organisasi cabang olahraga. Kemudian mensinergikan program dengan KONI Pusat, Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan stake holder olahraga nasional.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Tubagus Adi itu tampil juga sebagai pembicara, Wakil IV Ketua Umum KONI Pusat, K Inugroho, Komite Eksekutif Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Dr Leane Suniar Manurung dan Ketua Bidang Binaraga Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Dan Angkat Berat (PB PABBSI) Irwan Alwi.
Hadir juga mantan-mantan atlet top nasional, Hj Soraya Perucha yang kini menjadi Humas PB PRSI, Alamsyah Wijaya yang Ketua Binpres PB PABBSI dan undangan lainnya.
Ibugroho menyatakan, dibutuhkan sinergisitas, harmonisasi dan sinkronisasi dalam penanganan masalah doping di Indonesia. Semua harus satu langkah dalam bersih-bersih doping ini. Bukan untuk mencari siapa yang salah namun mencari solusi yang terbaik agar Indonesia pada saat menjadi penyelenggara Asian Games XVIII/2018 bisa bebas doping.
“Perlu di pertegas nanti seperti apa peran dari LADI, KONI dan lainnya. KONI Pusat yang memiliki bidang sport sciene siap mensosialisasikan masalah edukasi doping ini ke daerah-daerah melalui KONI Provinsi dan induk-induk organisasi cabang olahraga,” ujar Inugroho.
Bahkan, kata Inugroho, KONI Pusat sudah siap mensosialisasikan soal mengatasi doping ini pada Musornas KONI yang akan dilaksanakan Februari nanti. Saat itu pembina olahraga dari seluruh Indonesia akan berkumpul. “Sejak dulu KONI Pusat sudah konsern masalah ini. Termasuk saat PON XIX lalu di Jawa Barat,” tegasnya.
Sedangkan Irwan Alwi lebih menyoroti masalah gencarnya distribusi obatan-obatan yang mengandung doping. Termasuk untuk minuman suplemen olahraga.
“Kita harus bisa memotong rantaian distribusi ini. Disinilah LADI dan KONI maupun KOI bisa memberikan langkah-langkah yang tepat,” kata Irwan.
Ketua Panitia Diskusi, Gungde Ariwangsa menyatakan, diskusi ini menghasilkan sembilan rekomendasi. Pada intinya, rekomendasi itu mengarah agar Indonesia bersih doping saat melaksanakan Asian Games 2018.
“Bahkan jika perlu bebas doping menjadi target sukses Asian Games 2018 selain sukses penyelenggaraan dan prestasi,” kata Gungde yang juga Ketua Harian SIWO PWI itu.