TRIBUNNEWS.COM, TIRANA - Meski mencatat nilai 1000 di Ronde 6, akibat harness (kantong tubuh) menyentuh tanah setelah pendaratan keras, atlet olahraga dirgantara asal Batu, Malang, Jawa Timur, Rika Wijayanti berhasil meraih medali perunggu Kelas Putri Kejuaraan Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang Antar Negara (WPAC/World Paragliding Accuracy Championship) FAI IX Albania 2017.
Sistem penilaian discard round (ronde coret) yang menghilangkan nilai salah satu ronde terburuk tiap atlit, memungkinkannya tetap berada di peringkat tiga besar hingga ronde terakhir.
WPAC adalah kegiatan tetap FAI (Federasi Aeronautika Internasional), induk olahraga dirgantara dunia, yang berlangsung tiap dua tahun.
Kali ini di pegunungan kota Vlora, Albania, Eropa Timur, 5-14 Mei dan diikuti 147 pilot (32 diantaranya putri) dari 28 negara. WPAC FAI X 2019 kembali akan digelar di Eropa Timur, yakni Serbia.
Rika, 23, baru pertama kali mengikuti Kejuaraan Dunia, namun berhasil bersaing ketat dengan para pilot senior putri dunia.
Diantaranya, peringkat teratas dunia versi FAI sementara, Nunnapat Phuchong (Thailand) dan Juara Seri PGAWC (Piala Dunia Ketepatan Mendarat Paralayang) 2016, Marketa Tomaskova (Rep. Ceko).
Bila Nunnapat berhasil mempertahankan gelar yang ia raih pada WPAC 2015 di Puncak, Jawa Barat, Indonesia, maka Marketa merebut medali perak. Pada Seri II PGAWC 2017 di Serbia, April lalu, Rika merebut juara Kelas Putri dengan antara lain mengalahkan Marketa.
Lamanya kejuaraan selama delapan hari bisa berakibat kejenuhan melanda atlit. Sementara tiap seri PGAWC berlangsung sekitar tiga hari.
Dua hari tidak terbang, Kamis (11/5) diiburkan dan badai membatalkan lomba pada Jum’at (12/5), sepertinya mempengaruhi juga penampilan para pilot tim nasional Merah Putih.
Pada Ronde 9 atau terakhir pada Sabtu (13/5), Darumaka Rajasa dan para rekannya antiklimaks dan tidak satupun berhasil menginjak titik nol. Padahal hingga Ronde 5 beberapa diantara mereka bersamaan menginjak nol di satu ronde.
Di Kelas Beregu, karena diperingkat ketiga pencapaian jumlah nilai akhir Indonesia sama dengan Republik Ceko, yakni 81, maka semua pilot kedua tim sebanyak tujuh orang diadu, terbang sekali lagi. Akhirnya Indonesia hanya terpaut 2 cm dan menduduki peringkat keempat.
Melihat hasil WPAC 2017, peta kekuatan cabang Paralayang jelang Asian Games 2018 makin jelas. Yang tetap patut diwaspadai tuanrumah Indonesia di nomor Ketepatan Mendarat adalah Cina, Thailand dan Korea. Sedangkan di nomor XC (Lintas Alam); Jepang, Nepal, Korea dan India.
Di Kelas Beregu Indonesia terpaut nilai 29 dari Cina yang meraih medali emas. Sedangkan Korea hanya satu peringkat di bawah timnas dengan selisih nilai 3.
Sementara Thailand yang gagal mempertahankan medali emas Kelas Beregu WPAC 2015, diperingkat 7 dengan selisih nilai 8 di bawah timnas.