TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua petarung andalan Indonesia, Stefer Rahardian dan Sunoto sudah mempersiapkan diri untuk ajang One Championship 2018 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan Jakarta, Sabtu (20/1/2018).
Rahardian akan bertemu fighter asal Pakistan, Muhammad "The Spider" Imran, sedangkan Sunoto menghadapi petarung Kamboja, Rin Saroth.
Sunoto mengaku sudah mempersiapkan diri dengan matang sejak tahun lalu. Mantan karateka nasional tersebut tampil di One Championship kali terakhir pada Januari 2017. Setelah itu, dia tak naik octagon (ring) lagi hingga sekarang.
"Saya berjanji akan memberikan kemenangan, saya akan tunjukkan permainan terbaik dan menghibur. Persiapan yang saya lakukan sangat panjang, sejak terakhir bermain di One Januari tahun kemarin," kata Sunoto disela-sela cara jumpa pers jelang pertarungan di One Championship 2018 di Hotel Fairmont, Kamis (18/1/2018).
Lawan yang dihadapi Sunoto kali ini usianya lebih muda, yakni 24 tahun. Meski demikian, Sunoto yang kini berusia 34 tahun tak gentar.
"Saya tahu lawan lebih muda dan saya tahu dia punya pukulan bagus. Nanti saat tanding, saya akan ladeni dengan striking (pukulan) juga, saya lacak. Misalkan saya kewalahan, lalu ada momentum dia ke bawah, akan saya bawa dia ke bawah," ujarnya.
Stefer Rahardian juga mengejar kemenangan di pertarungan nanti. Namun dia tak menarget ronde ke berapa bisa mengalahkan Muhammad "The Spider" Imran.
"Saya tidak persoalkan menang ronde satu, dua atau tiga, yang jelas saya dan tim sudah siap untuk memenangkan pertandingan. Saya juga tak pernah meng-underestimate lawan dengan menang cepat atau TKO. Apapun nanti, saya siap menjalani pertandingan sesuai dengan latihan selama training camp," paparnya.
Ajang nanti juga mempertandingkan kelas wanita yang mempertemukan petarung Singapura, Tiffany "No Chill" Teo lawan fighter China, "The Panda" Xiong Jing Nan. Ini merupakan laga perdana kategori wanita kelas Strawweight World Championship.
CEO One Championship, Chatri Sityodtong mengungkapkan, kejuaraan yang digelarnya akan memunculkan petarung kelas dunia dalam mixed martial arts (MMA) atau seni bela diri campuran.
Namun tak mudah menjadi seorang petarung kelas dunia karena harus melewati sejumlah rintangan.
"Itu semua butuh kedisiplinan dan keberanian yang tinggi. Dan, pahlawan-pahlawan (petarung) ini akan menginspirasi dan menyebarkan positivisme di dunia," tutur Chatri.