TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Strategi membangun olahraga cricket dengan penghargaan dan sanksi (reward and punishment) yang diterapkan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Cricket Indonesia (PP PCI), Azis Syamsuddin patut menjadi contoh bagi induk-induk organisasi (PP/PB) lainnya.
Sebab, dengan adanya reward and punishment tersebut tidak ada lagi pengurus Pengprov PCI hanya sebagai simbol saja.
"Kebersamaan dalam menjalankan komitmen membangun olahraga cricket itu sangat penting. PP PCI tidak mungkin sendiri membangun prestasi olahraga cricket Indonesia tanpa bantuan Pengprov PCI," ungkap Aziz Syamsuddin pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PCI di Hotel Century Park Jakarta, Minggu (25/2/2018).
Dalam Rakernas yang dihadiri utusan 18 Pengprov PCI tersebut, Aziz memberikan reward kepada Pengprov PCI Jateng.
Namun, Azis dalam sambutan jelas dengan tegas menyebut akan ada peninjauan ulang sebagai punishment bagi pengurus Pengprov PCI yang tidak menjalankan komitmen.
"Jangan kaget jika ada Pengurus Provinsi (Pengprov) PCI yang tidak komit menjalankan pembinaan di daerah masing-masing akan ditinjau ulang keberadaannya," katanya.
Yang lebih mengagetkan lagi, Aziz dengan terbuka menyatakan siap melepas jabatan ketua Umum PP PCi jika ada figur lain dalam Munas PCI 2019. Padahal, dia bisa saja mempertahankan posisinya karena dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) boleh menjabat dalam dua periode kepengurusan.
"Saya siap melepaskan jabatan jika memang ada figur yang tepat dan mampu membangun olahraga cricket lebih baik ke depan," tutunya.