TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Marzuki Rofii tak perlu diragukan lagi dalam membangun prestasi olahraga tenis meja . Hal ini terbukti saat dia terpilih sebagai Ketua Umum Pengprov PTMSI Jawa Timur (Jatim) tahun 2012.
Di bawah kepemimpinannya, prestasi tenis meja Jatim berkibar di ajang nasional. Tercatat di Kejurnas Junior Tenis Meja di Manado, Sulawesi Utara 2017, Jatim tampil sebagai juara umum. Begitu juga pada Kejurnas Tenis Meja di Jawa Barat 2016.
"Hanya di PON Jawa Barat 2016, Jatim tidak bisa menunjukkan prestasi. Sebab, saya tidak diberikan kewenangan KONI Jatim untuk mempersiapkan atlet Jatim ke PON Jabar," kata Marzuki Rofii, Minggu (25/3/2018).
Semua prestasi itu diraih Jawa Timur karena keikhlasan dan ketulusan hatinya. Pria kelahiran Pamekasan Madura, Jawa Timur, 1 September 1961 ini rela selama 10 jam bersama atlet saat menjalani latihan.
Yang lebih mengejutkan, Marzuki Rofi'i yang sudah tidak muda lagi itu masih menyempatkan diri menambah ilmu pengetahuan khusus tentang olahraga tenis meja di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
"Ya, saya sengaja mengambil S3 khusus tenis meja Unesa setelah 2 tahun terpilih jadi Ketua Pengprov PTMSI Jatim. Alhamdulillah, saya lulus terbaik dan mendapatkan gelar doktor selama 1,5 tahun menjalani pendidikan. Makanya, saya sangat memahami program pembinaan prestasi olahraga tenis," kata Marzuki Rofi'i saat memproklamirkan pencalonan sebagai Ketua Umum PB PTMSI.
Sakin gila tenis meja, Marzuki Rofi'i memberikan nama anaknya National General Champion (Juara Umum Nasional). "Ya, saya sengaja kasih nama itu karena tenis meja," akunya.
Ditanya soal anggaran dana, Marzuki Rofi'i dengan tenang menjawab, "Kalau memang anggaran dana dari pemerintah masih kurang. Ya, resiko jadi ketua harus siap keluar dana dari kantong pribadi untuk mengangkat prestasi tenis meja Indonesia.'