Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sprinter Indonesia, Lalu Muhammad Zohri mengungkapkan cita-cita awalnya yang ternyata bukanlah menjadi pelari melainkan atlet sepakbola.
Kisah itu ia ceritakan kepada awak media saat ditemui di Hotel Century, Jakarta, Kamis (19/7/2018).
“Dulu saya pernah bolos sekolah karena saya lebih mementingkan sepakbola, cita-cita saya mau jadi pemain sepakbola. Tapi di kampung saya sepakbola tidak berkembang sama sekali karena tidak ada pengurus dan pelatihnya, jadi saya pilih menjadi pelari,” cerita Zohri.
Sepakbola ditinggalinya dan lebih memilih menjadi atlet lari diperkuat setelah melihat seniornya, Sudirman Hadi yang juga berasal dari desa yang sama dengan Zohri – Desa Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
“Saya kemudian beralih ke atletik karena termotivasi dengan senior saya, Sudirman Hadi,” sambungnya.
Sudirman Hadi adalah atlet lari berprestasi Indonesia. Terakhir, pria berusia 22 tahun itu tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan finis di urutan kedua pada babak penyisihan. Namun, pencapain itu tak membawa Sudirman Hadi lolos ke babak selanjutnya.
Zohri yang baru berusia 18 tahun meraih medali emas di kejuaraan dunia atletik U20 di Finlandia dengan catatan waktu 10.18 detik.
Ia mengungguli para favorit juara seperti duo Amerika, Anthony Schwartz (10.22) dan Eric Harrison (10.22) serta sprinter Afrika Selatan Thembo Monareng (10,23). Sedangkana pelari asal Ingris, Dominic Ashwell mencatat waktu 10.25 detik.
Pencapaian Zohri merupakan sejarah baru dalam dunia atletik Indonesia. Sebelumnya, prestasi terbaik atlet Indonesia di nomor lari 100 meter di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 finis kedelapan di babak penyisihan pada 1986.