TRIBUNNEWS.COM - Pebulutangkis Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, mencuri perhatian publik badminton Tanah Air setelah mengalahkan pebulutangkis China, Lin Dan.
Anthony Ginting mempermalukan Lin Dan di rumahnya sendiri, China Open 2018, lewat angka 24-22, 5-21, 19-21.
Dilansir BadmintonIndonesia.org, Lin Dan, legenda Tiongkok lewat medali emas tunggal putra Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012 tersebut, mengakui Ginting bermain lebih baik.
Lin Dan juga menyebut kelebihan Ginting yang membuatnya mati kutu.
"Ginting adalah pemain yang sangat cepat. Pada saat saya bisa membalikkan keadaan 19-18 di game ketiga, responnya sangat cepat di depan net,"
"Pelatih saya memberikan arahan agar saya kembali mengarahkan shuttlecock ke atas, ini juga langsung diselesaikan dengan cepat oleh Ginting dengan smash-nya,"
"Di saat genting, ia bisa tampil lebih stabil," puji Lin Dan, dalam wawancara usai laga.
Kepada Ginting, Lin Dan memuji Ginting sebagai potret pemain muda yang bersinar di panggung bulutangkis dunia.
Menurut dia, para pemain muda, makin sering merepotkan peman senior.
"Saya rasa para pemain muda sekarang sudah bisa memberi pressure kepada kami pemain senior. Jika kami tidak pada kondisi 100 persen, kami bisa kalah dari mereka," tutur Lin.
Meski memuji Ginting, Lin Dan juga menyalahkan faktor non teknis.
"Saya tidak tampil baik di pertandingan kali ini. Kondisi angin di sini memang merepotkan, hari ini anginnya juga berbeda dibanding latihan kemarin,"
"Saat kedudukan krusial, saya membuat kesalahan fatal dengan membuang bola terlalu jauh ke luar lapangan, bukan out yang tipis, tetapi jauh sekali," ujar Lin Dan.
Idola Ginting
Lin Dan sejatinya merupakan pemain bulutangkis idola Anthony Ginting.
Dikutip dari Badminton Indonesia, Lin Dan adalah pemain yang diidolakan oleh Ginting, selain Taufik Hidayat.
Anthony menyingkirkan Lin di hadapan publiknya sendiri, lewat laga rubber game dengan skor 22-24, 21-5, 21-19.
Anthony yang sudah unggul jauh 16-10 di game ketiga, sempat membuang banyak kesempatan dan membuat Lin bangkit.
Keadaan menjadi menegangkan saat Lin dengan dramatisnya berhasil menyusul jadi 18-18. Ia bahkan balik memimpin pada kedudukan 19-18 dan membuat Anthony berada dalam tekanan.
Riuh penonton tuan rumah di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium ternyata tak membuat semangat Anthony luntur.
Ia terus berusaha untuk mengumpulkan keyakinannya dan menyelesaikan permainan.
"Saat krusial itu, saya berusaha untuk main net lagi, seperti yang saya lakukan sebelumnya dan memberi saya banyak poin. Waktu kehilangan banyak angka di kedudukan 16-10, Lin memaksa saya untuk mengarahkan bola ke atas dan pengembalian saya seringkali out," beber Anthony.
"Waktu unggul jauh itu memang ada rasa tegang juga, tapi saya mencoba untuk benar-benar fokus lagi. Saat saya tahu posisi dia tidak enak, langsung saya cepatkan temponya," imbuh Anthony. (*)