Pertandingan Go-Jek Liga 1 tidak hanya berbicara soal sepak bola, olahraga, atau sebuah hiburan. Sektor ekonomi masyarakat juga akan tumbuh seiring adanya penyelenggaraan pertandingan sepak bola yang menyedot massa pada saat dua tim berlaga.
Hal itu bisa terlihat jelas ketika banyak pedagang musiman yang hadir di sekitar area stadion ketika ada pertandingan Go-Jek Liga 1.
Bahkan, mereka itu datang dari kota yang cukup jauh dari tempat laga dilangsungkan.
Semua itu dapat dilihat dari pekan ke pekan Go-Jek Liga 1 2018 ketika Arema FC dan Persija menjamu lawan mereka.
Kreativitas yang menghidupkan ekonomi, khusunya dari laga sepak bola pun dirasakan sejumlah distro milik Jakmania, fan Persija.
”Dulu, saya memulai usaha dari lapak-lapak lalu kini bisa memiliki toko, walau masih-masih kecil-kecilan,” tutur Didi, pemilik usaha pernak-pernik Persija di Jakarta Selatan.
Bahkan, para pelaku usaha ini di Malang, khususnya pendukung Arema, Aremania juga banyak yang memiliki usaha. Selain distro atau membuka lapak saat timnya berlaga di Go-Jek Liga 1 2018, penjualan pun makin beragam di dunia maya.
Lapak bernama MalangFootballStore sudah eksis sejak lama menjual barang-barang berbau Arema dan Aremania di dunia maya. Bahkan, produk yang mereka hasilkan sangat bagus, kreatif, dan mengikuti tren.
Keberlangsungan kompetisi memang telah memberikan dampak positif bagi ekonomi rakyat. Bukan hanya para penonton yang terhibur, pun para pedagang yang berada di area stadion.
Selain itu, usaha-usaha ini meningkatkan kreativitas dan kecintaan mereka ke klub yang didukung.
“Sepak bola adalah salah satu hiburan murah yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat, termasuk para pedagang," ujar Monang Tobing, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.
Melihat fakta tersebut, bisa dikatakan Go-Jek Liga 1 telah ikut menumbuhkan ekonomi kerakyatan yaitu sistem ekonomi yang menunjukkan keberpihakan sungguh-sungguh kepada masyarakat. Sebuah era baru sepak bola sebagai sebuah industri telah terbentuk di Indonesia. (*)