TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemenpora menggelar Forum Pimpinan Kepemudaan 2018 di Theater Kemenpora, Senayan, Senin (31/12/2018).
Kegiatan diisi sejumlah diskusi. Tema diskusi kedua adalah Pemuda dan Parpol: Kepemimpinan Kaum Muda, memberikan semangat bahwa pemuda harus berani dan siap ambil bagian sebagai pimpinan politik di negeri ini.
Selain Deputi II Kemenpora Asrorun Niam, ada Idy Muzayyad yang merupakan politisi PPP dan Izzul yang berasal dari pengamat politik, menjadi pembicara dalam tema kepemimpinan Kaum Muda.
Keduanya menjelaskan tentang pentingnya pemuda untuk berpolitik.
"Politik adalah inti dari penentuan kebijakan negara dalam segala bidang, baik birokrasi pemerintahan, pendidikan, kebudayaan, perdagangan, hukum, kemanan, sampai pariwisata sekalipun. Politik ini perantara, karena itu pemuda harus melek politik dan siap-siap menjadi politikus," urai Idi Muzayyad dalam keterangan tertulis, Selasa (1/1/2019).
Hal senada juga ditegaskan Izzul, Pengamat politik dari media nasional ini menjelaskan, saat ini para peserta diskusi yang masih berada di organisasi kepemudaan harus siap menjadi pemimpin.
"Para pemuda hari ini, pasti akan jadi orang atau pemimpin di masa depan. Maka dari itu, siapkan diri kalian, karena pasti akan ada regenerasi. Baik tidaknya kondisinya, tergantung sebaik apa pemudanya saat ini," terang dia
Berikut beberapa poin dari diskusi terkait Pentingnya Pemuda untuk Berpolitik:
1. Politik bukanlah tujuan (ghoyah) melainkan perantara (washilah) untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan bagi PPP untuk memperjuangkan kepentingan umat (Islam) serta warga bangsa semesta.
2. Partai politik secara faktual merupakan pilar utama dalam sistem demokrasi. Demokrasi tidak akan berjalan tanpa keberadaan partai politik sebagai sarana penentuan policy arah kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sekaligus rekrutmen kepemimpinanan bangsa.
3. Kaum muda saat ini banyak yang mengalami apatisme politik bahkan sinisme berpolitik, yang disebabkan adanya pragmatisme politik serta degradasi keluhuran politik. Politik tereduksi menjadi ajang pertarungan kekuasaan dan mencari keuntungan finansial melalui jabatan tertentu.
4. Dunia politik ternodai oleh kasus-kasus politik (korupsi, moral, kekerasan, dll) yang menyebabkan stigma negatif politik sebagai hal yang; kotor, najis, memuakkan sehingga patut dijauhi. Eksposure media menambah 'nuansa horor' politik sebagai dunia kegelapan dengan segenap hantu-hantu menakutkan.
5. Padahal politik tidaklah demikian adanya. Ibarat mau membasmi tikus jangan dengan cara membakar lumbung, seharusnya kebencian terhadap sebagian pelaku politik (politisi) busuk tidak sampai pada penghancuran politik secara umum. Karena masih lebih banyak kebaikan dalam politik ketimbang keburukannya.
6. Justeru politik harus diisi dan dikuasai oleh orang-orang baik, dari kalangan muda, yang relatif masih memiliki idealisme dan belum terkontaminasi oleh residu politik. Anak muda tidak perku ikut terpengaruh upaya reproduksi diskursus politik negatif, dan sebaliknya perlu merubah persepsi minus tersebut.
7. Para generasi tua (senior) pada saat yang sama perlu diberikan kesadaran untuk membuka ruang bagi regenerasi kepemimpinan politik. Bahkan selayaknya mereka melakukan rekrutmen dan mentoring agar generasi penerus itu bisa muncul 'by design,, bukan by accident sebagaimana yang sering terjadi saat ini.
8. Di sinilah keharusan sejarah bagi kaum muda untuk berpolitik, demi menjalankan misi profetik mengawal dan menjadi pendulum politik dari dalam, sehingga politik berjalan sebagaimana khittah yang seharusnya.
9. Saat ini, terjadi dekadensi spirit politik kaum muda, yakni kurangnya kesadaran pemuda untuk membangun kekuatan politik nasional dan gerakan sosial yang bisa menjadi satu-kesatuan riil, seperti yang sudah dilakukan oleh generasi pemuda pada masa pra kemerdekaan dan terbukti bisa mengharubirukan arah dan warna berbangsa dan negara.