Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pencak silat menjadi salah satu cabor yang cukup populer di ASEAN Schools Games tahun ini.
Delapan negara turut berpartisipasi pada cabor ini. Sebagai negara dimana pencak silat tumbuh dan berkembang, Indonesia optimistis meraih enam medali emas.
Pelatnas pencak silat telah dimulai pada 4 Juli 2019. Para pesilat muda kita akan turun di 10 nomor pertandingan.
Hanya sekitar dua minggu persiapan, pelatih pencak silat, Sigit Infantoro, mencari cara untuk menjaga konsistensi kemampuan para anak didiknya.
“Kalau untuk meningkatkan fisik kan sudah tidak mungkin, maka kita siapkan teknik-teknik menunjang kondisi fisik para tlet. Programnya yang kita sesuaikan. Saya yakin mereka udah bagus, tinggal perkuat mental lah," jelas Sigit.
Tantangan yang dihadapi tim pelatih adalah memadukan karakter anak-anak dari berbagai macam latar belakang.
Apalagi mereka juga baru kali pertama mengikuti ASG. Namun, hal itu bukan menjadi kendala karena mereka sudah memiliki jam terbang yang cukup tinggi.
Selain itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga juga menyusun materi untuk penguatan mental, sebagai bagian dari agenda pelatnas. Chef de Mission (CdM) kontingen Indonesia untuk ASG 2019, Yayan Rubaeni, menambahkan bahwa pelatihan mental bersama Quantum Champions penting agar mental para atlet menjadi lebih baik dan penuh energi positif.
“Sangat penting. Di tengah padatnya pelatnas, kami dari tim CdM bekerja sama dengan Quantum Champions untuk membangun mental anak-anak dari perspektif emosional. Saya kira ini penting untuk bekal utama mereka selama pertandingan. Karena faktor mental sangat menentukan. Kami dari tim CdM juga selalu menekankan bahwa emas bukan tujuan utama, yang terpenting adalah bagaimana mengerahkan kemampuan terbaik mereka. Saya kira jika nantinya berhasil menyumbangkan emas, itu adalah bonus untuk kerja keras mereka mengharumkan nama bangsa,” tambah Yayan.
Salah satu atlet pencak silat, Avissa Salsabila, yang sedang mengikuti pelatihan bersama Quantum Champions pun mengungkapkan bahwa ia merasa training ini sangat membantu untuk meningkatkan rasa percaya diri dan semangat bertanding, serta lebih memahami bahwa mereka adalah bagian dari sebuah sejarah besar memperjuangkan martabat bangsa dan negara.
"Training ini menguntungkan banget sebenarnya, bisa buka pikiran juga. Ya lebih percaya diri lagi sih, kan sebelumnya agak sedikit ragu. Ada training ini membantu juga," jelas Avissa.
Indonesia terakhir kali meraih juara umum pada tahun 2015 di Brunei Darussalam. Tahun ini, demi meraih target juara umum, Indonesia harus mampu meraih setidaknya 36 sampai 38 medali emas.