Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Polemik Djarum Foundation yang mengadakan audisi beasiwa umum PB Djarum dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesi (KPAI) mulai banyak menyita perhatian masyarakat Indonesia.
Seperti diketahui KPAI sempat menyatakan audisi bulutangkis Djarum Foundation mengandung unsur eksploitasi anak. KPAI menyebut, logo Djarum Foundation yang terdapat di baju anak-anak peserta audisi menjadi sarana promosi rokok Djarum secara gratis.
Mendengar pernyataan tersebut PB Djarum membantah, dan mengatakan bahwa yang digunakan bukan lah logo promosi rokok melainkan logo Djarum Foundation yang telah digunakan sejak audisi pencarian bibit pebulutangkis Indonesia sejak 2006 silam.
Perbedaan kedua persepsi yang panas beberapa bulan terakhir ini akhirnya membuat Djarum ambil keputusan.
Djarum pun mengambil langkah yang intinya ingin menghentikan kegiatan audisi pencarian bakat pebulutangkis muda yang telah dilakukan secara konsisten sejak 13 tahun silam.
“Tahun ini merupakan tahun perpisahan dari kami. Tahun depan event audisi ditiadakan,” kata Yoppy Rosimin, Direktur Program Bakti Olahraga Djarum saat konferensi pers di Hotel Aston Imperium, Purwokerto, Sabtu (7/9/2019).
Mendengar kabar Djarum Foundation yang tak ingin lagi melanjutkan audisi di tahun depan, Menproa Imam Nahrawi merasa sangat kesal.
Bahkan, dalam perayaan Hari Olaharga Nasional (Haornas) ke-36 di Banjarmasin, Minggu (8/9/2019), Menpora menegaskan bahwa ia tidak ingin Audisi Djarum berhenti.
Ia juga telah menelisik tidak ada eksploitasi anak seperti yang dituduhkan KPAI.
“Saya tegaskan tadi bahwa audisi Djarum tidak boleh berhenti. Terus berjalan, karena kami sudah melihat dan mendalami bahwa tidak ada soal-soal mengenai eksploitasi anak,” kata Menpora di acara Haornas 2019 yang dihadiri ribuan masyarakat Banjarmasin.
“Tentu kalau itu terjadi (eksploitasi anak) sesungguhnya sudah dilakukan tindakan-tindakan sebelumnya oleh aparat keamanan tapi sejauh ini semua berjalan dengan baik, dan ini menjadi suport kita kepada Djarum dan seluruh sponsor atau donatur atau bapak asuh untuk terus membantu olahraga tanah air, karena pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak cukup bekerja sendiri harus dibantu, harus ada partisipasi publik yang kuat,” paparnya.
Pupuskan Harapan Anak-Anak
Kevin Sanjaya Sukamuljo merupakan salah satu jebolan audisi Djarum yang kini kerap mengharumkan Indonesia di kancah dunia.
Bahkan, Kevin yang main ganda bersama dengan Marcus Fernaldi Gideon, hingga saat ini masih berada di peringkat pertama dunia.
Ayah Kevin, Sugiarto Sukamuljo (59) sempat meceritakan secara singkat perjalanan Kevin kecil yang sangat ambisius menjadi pebulutangkis profesional, hingga akhirnya mencoba peruntungan di audisi Djarum.
“Semua orang tua kan pastinyan ingin anaknya masuk ke klub terbaik, seperti saya arahin Kevin. Saya cari klub yang bagus, ada PB Djarum tapi harus ikut audisi dulu,” kata Sugiarto saat dihubungi Tribunnews, Senin (9/9/2019).
“Di PB Djarum itu fasilitasnya lengkap, semua diperhatiin dari makan, tidur, gizi. Jadi kalau contoh kecil kalau dikasih telur atau susu tidak dimakan nanti pasti dimarahi, karena itu sudah ada ukuran gizinya untuk mengembalikan stamina,” sambungnya.
PB Djarum menurut Sugiarto merupakan acuan semua pebulutangkis muda Indonesia. Ia pun sangat menyayangkan soal kabar Audisi Djarum yang akan dihentikan tahun depan.
Sebagai orang tua yang telah memasuki anaknya ke audisi Djarum hingga sekarang sukses, Sugiarto mengaku kecewa jika Audisi Djarum tak akan dihelat lagi.
Ia pun menegaskan audisi Djarum tidak ada hubungan sama sekali dengan rokok.
“Ya, sebetulnya sangat disayangkan kalau audisi Djarum beneran berhenti. Soalnya, Djarum kan mencari bibit-bibit pemain sampai ke plosok-plosok istilahnya jemput bola,”
“PB Djarum betul-betul tidak ada kaitannya dengan rokok. Awal saya masukin Kevin, yang saya tahu ini cuma PB bukan rokok Djarum, Djarum juga melarang keras atlet-atletnya merokok, kalau ketahuan langsung dikeluarin. Pokoknya kita sebagai orang tua tidak disuruh beli rokok, promosiin rokok, tidak ada itu semua,”
“Saya bingung, kok ada orang baik yang mau mengembangkan potensi atlet Indonesia malah dibikin kisruh. Sekarang kan hasilnya sudah kelihatan dari Djarum,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sugiarto juga meceritakan dampak berhentinya Audisi Djarum pastinya akan membuat pebulutangkis muda Indonesia dan orang tua kecewa.
Ia pun memberikan contoh bagaimana di kawasan tempat ia tinggal di Desa Sumber Ayu, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, sudah mulai banyak anak-anak yang sudah berlatih, dan orang tuanya mensuport penuh.
Tujuan mereka ingin menjadikan anak-anaknya seperti Kevin yang sukses menjadi pebulutangkis profesional dan mengharumkan nama Indonesia.
“Semenjak Kevin sudah jadi (pemain profesional), sekarang banyak anak-anak di desa saya termotivasi, kalau ditanya mereka ingin jadi seperti Kevin. Mereka sudah latihan, siap-siap mau ikut audisi Djarum tahun depan. Kalau tidak ada lagi, itu kan memutus impian anak-anal dan orang tua juga,”
“Di sini malah sudah banyak klub-klub yang khusus kasih les buat anak-anak. Jadi sangat disayangkan kalau berhenti. Saya berharap Audisi Djarum terus diadakan jangan berhenti, kalau berhenti siapa lagi yang mau memfasilitasi dan mencari calon atlet muda Indonesia,” pungkasnya.