Menurut CEO Liga Mahasiswa, Ryan Gozali, pemilihan kembali Tasikmalaya sebagai kota pembuka seri kompetisi cabang futsal ini, tak lepas dari sukses penyelenggaraan tahun lalu.
"Dukungan dari banyak pihak untuk Liga Mahasiswa sangat terasa di kota ini," ujar Ryan Gozali saat menghadiri hari pertama kompetisi, Selasa (7/10/2019).
"Pengelola GOR Mayasari bahkan melakukan renovasi agar keadaan GOR lebih mendekati standar LIMA,” ucapnya.
Hal itu dibenarkan oleh Anton, pengelola GOR Mayasari. Ia menyatakan bahwa pihaknya memperlebar lapangan supaya sesuai dengan standar yang dipancang Liga Mahasiswa.
“Lapangan Mayasari direnovasi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Liga Mahasiswa. Kami memutuskan untuk merenovasi karena pihak kami juga belajar dari LIMA, mulai dari penyesuaian lapangan yang baik, hingga penataan materi branding. Dengan adanya renovasi yang disarankan LIMA, jadi banyak event futsal yang digelar di sini. Tim-tim kampus juga jadi sering berlatih di Mayasari. Mayasari bisa kian dikenal dalam kurun waktu satu tahun berkat Liga Mahasiswa,” kata Anton, pengelola GOR Mayasari.
Seperti tahun lalu, Unsil menjadi sorotan lagi. Mereka dianggap sebagai universitas yang mengusung kehormatan futsal Tasikmalaya. Unsil tentu saja tidak ingin terlihat payah saat menjamu tim-tim asal Bandung atau kota-kota lain di Jawa Barat.
Namun, Agil juga menegaskan bahwa kehormatan di luar lapangan tak kalah penting dengan kewibawaan di dalam lapangan.
Unsil ingin menunjukkan sikap terbaik sebagai tuan rumah demi kehormatan futsal Tasikmalaya dan Jawa Barat serta persahabatan antarkampus di Jawa Barat.
"Kami sudah mempersiapkan diri sejak Agustus untuk menghadapi kompetisi LIMA. Kami juga sudah mengikuti turnamen local untuk mengasah mental sebelum bertanding di LIMA. Menurut kami, untuk tahun ini semua tim pasti sudah mempersiapkan diri dengan baik. Jadi, kami juga akan bersiap lebih baik lagi,” tutur Agil, Manajer Unsil.