TRIBUNNEWS.COM - Legenda LA Lakers, Kobe Bryant, meninggal dalam kecelakaan helikopter, Minggu (26/01/2020) sekitar pukul 09.45 waktu setempat.
Putri kedua Kobe, Gianna Maria-Onore Bryant atau Gigi (13), turut menjadi korban kecelakaan.
Insiden terjadi di Calabasas, California.
Kecelakaan tersebut merenggut sembilan nyawa penumpang, termasuk pilot helikopter.
Diketahui, Kobe Bryant memang selalu bepergian menggunakan helikopter.
Dia dikenal menggunakan helikopter untuk menghindar dari kepadatan lalu lintas di Los Angeles.
Perjalanan dari rumah Kobe Bryant, kawasan Newport Beach, ke Mamba Sports Academy di Thousand Oaks membutuhkan waktu satu jam tanpa lalu lintas.
Jika terjadi kemacetan, waktu yang dibutuhkan akan lebih dari tiga jam.
Namun, bintang NBA tersebut memberikan alasan khusus mengapa dirinya selalu pergi menggunakan helikopter.
Bukan tentang kemewahan dan tidak hanya sekadar kemacetan lalu lintas, tetapi untuk memiliki lebih banyak menit berharga dengan anak-anaknya.
Hal itu disampaikannya dalam sebuah wawancara eksklusif "The Corps" pada akhir Desember 2018 silam, yang dipandu oleh Alex Rodriguez dan Barstool Big Cat.
Legenda Lakers itu mengungkapkan, ia selalu mengantar-jemput anak-anaknya ke sekolah.
Tak hanya itu, dia juga mengikuti kegiatan anak-anaknya setelah sekolah.
Bryant berusaha menyeimbangkan waktunya antara pelatihan basket dan waktu berkualitas dengan buah hatinya.
"Aku selalu bangun pukul 4 pagi, berolahraga, dan membangunkan anak-anak pukul 6.30 untuk sekolah. Dan aku mengantar anak-anak ke sekolah setiap pagi," kata Bryant.
Namun, segalanya berubah ketika arus lalu lintas LA semakin padat.
"Aku terjebak macet sehingga aku kehilangan momen untuk mengikuti drama sekolah anak-anak," ucapnya.
Kepadatan lalu lintas di LA pun semakin memburuk.
Alhasil, Bryant mencari cara di mana ia tidak menghabiskan waktu dengan percuma dan memiliki waktu yang seimbang antara berlatih dan waktu bersama keluarga.
"Jadi, saat itulah aku berpikir tentang helikopter, dan hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk perjalanan. Dan saat itulah semua itu dimulai," terangnya.
Setelah menggunakan helikopter, Kobe Bryant merasa waktu yang ia miliki menjadi lebih efisien.
Pria 41 tahun itu dapat mengantar anak-anak sekolah tepat waktu, melakukan aktivitas pribadi, dan kembali menjemput para buah hatinya.
Meskipun sang istri, Vanessa Bryant, selalu menawarkan diri untuk mengantar-jemput anak-anak mereka, Bryant selalu bersikeras.
Kepada Alex Rodriguez, ayah empat anak itu mengungkapkan momen yang tidak ingin disia-siakan.
"Kamu bepergian dan memiliki waktu di mana kamu tidak melihat anak-anakmu," kata Bryant.
Jadi, setiap ada kesempatan, aku selalu menggunakannya bersama mereka (anak-anak), bahkan jika itu 20 menit di dalam mobil. Aku menginginkan itu," sambungnya.
Dilansir BBC, pengarah lalu lintas di UCLA Institute of Transportation Studies, Profesor Michael Manville, Los Angeles terkenal karena kemacetan lalu lintas.
Manville mengatakan, hal itu disebabkan karena road pricing, sistem jalan berbayar.
LA memiliki urbanisasi tata kota yang membuat volume lalu lintas di jalan tinggi.
Menurut perusahaan riset Inrix, pengemudi di LA kehilangan rata-rata 128 jam karena kemacetan pada 2018 lalu.
Baca: Seputar Helikopter yang Angkut Kobe Bryant: Mewah Bak Limosin Terbang
Baca: Asal-usul Julukan Black Mamba Kobe Bryant Selama Berkarier di NBA
Kronologi Kecelakaan Helikopter
Dilansir TMZ Sports, kecelakaan bermula saat pilot helikopter menghubungi menara kontrol di Bandara Burbank pada Senin (27/01/2020) pukul 01.30 WIB.
Diketahui, helikopter telah berputar-putar selama sekitar 15 menit.
Menurut keterangan data pelacak penerbangan, helikopter yang ditumpangi Kobe, Gigi, dan tujuh orang lainnya telah berputar setidaknya enam kali.
Helikopter berputar pada ketinggian yang sangat rendah, yakni sekitar 875 kaki.
Diperkirakan, kondisi tersebut untuk menunggu hilangnya kabut.
Pilot akhirnya menuju ke utara di sepanjang tol 118.
Setelah itu, helikopter berbelok ke barat dan mulai terbang di atas tol 101, di sekitar Woodland Hills, California.
Pukul 01.40 WIB, cuaca semakin memburuk.
Helikopter menembus kabut tebal dan berbelok ke selatan.
Sayangnya, kendaraan mengarah ke daerah pegunungan.
Tiba-tiba, helikopter naik dengan cepat, dari sekitar 1.200 kaki menjadi 2.000 kaki.
Pukul 01.45 WIB, helikopter terbang ke gunung dengan ketinggian 1.700 kaki.
Data pelacak penerbangan menunjukkan bahwa mereka terbang sekitar 161 knot.
Saksi mata menerangkan, mereka mendengar mesin helikopter tersendat-sendat sebelum turun.
Helikopter pun jatuh dan terbakar.
Api dan asap menutupi sebagian besar area tempat terjadinya insiden.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)