News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksklusif Tribunnews

Cerita Marcus Gideon Kumpulin Kok, Rangking Satu Hingga Ditawari Jadi Pemain Hongkong

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pebulu Tangkis Ganda Putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon berpose usai wawancara dengan Tribun Network di di Gideon Badminton Hall, Ciangsana, Bogor, Jumat (5/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak mudah menjadi ranking satu di dunia, seperti gelar yang diemban The Minions, Kevin Sanjaya Sukamuljo dan Marcus Fernaldi Gideon.

Ayah Gideon, Kurniahu Gideon menceritakan awal mula bagaimana Gideon kecil mengenal bulu tangkis.

Saat ditemui, Kurniahu tengah sibuk mengurus GOR Gideon Badminton Hall. Di sana ia dipanggil 'coach'.

Pada 1981, Kurniahu pernah mencapai ranking tujuh dunia bulu tangkis kategori single. Hingga kini kecintaan bermain bulu tangkis tak pernah pudar.

Ia tetap berada di dunianya. Mengelola GOR Gideon Badminton Hall.

Dan juga melatih 'bibit' Indonesia untuk menjadi pebulutangkis dunia, seperti anaknya Marcus Fernaldi Gideon.

Menurut Kurniahu, Gideon kecil kerap mengikutinya berlatih bulu tangkis, hingga akhirnya berkecimpung di dunia yang sama.

Sebelum menjadi ranking nomor satu dunia, ucap Kurniahu, jalan Gideon bukan lah jalan yang mulus-mulus saja.

Bahkan, Gideon sempat disuruh oleh 'coach'-nya untuk mengambil kok-kok dalam suatu pertandingan.

Kurnaihu, menjadi sosok yang memiliki andil penting dalam perjalanan Gideon.

Pebulu Tangkis Ganda Putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon berpose sebelum wawancara dengan Tribun Network di di Gideon Badminton Hall, Ciangsana, Bogor, Jumat (5/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Putranya itu, sempat ditawarkan untuk bermain bulu tangkis, mewakili Hongkong.

Namun, Kurniahu mengingatkan anaknya.

"Saya bilang jangan. Tetap merah-putih, tetap NKRI. Mau susah, mau gimana yang penting bisa makan di sini. Nanti papa bisa jarang ketemu kamu kalau ke Hongkong," ujar Kurniahu kepada Tribun Network, Sabtu (6/2/2021).

Berikut petikan wawancara bersama Kurniahu:

Bagaimana sejarah GOR Gideon Badminton Hall?

Sejarah GOR ini sudah lama, tahun 2012. Nabung-nabung, dan di sini murah, waktu itu saya masih kerja di Klub Tangkas di Jakarta Selatan. Sejak itu saya pensiun tiga tahun yang lalu.

Terus saya ngomong sama Gideon, akhirnya dia mau bangun ini. Sampai jadi begini. Mungkin lihat papanya hobi melatih, membina atlet-atlet.

Sampai dia berhasil, Rexi, Nova, banyak yang kita ciptain. Jadilah gedung ini untuk kita bikin pembinaan dari awal.

Baca juga: Gideon Badminton Academy Dapat Sponsor dari IndiHome

Targetnya dengan pembinaan?

Target saya kalau bisa, nantinya kirim ke nasional. Kalau tidak muluk kita juara-juara sirkuit dulu, DKI dulu atau Pemkot-Pemkot dulu. Latih dari usia dini sampai remaja 16 tahun ke bawah. Abis itu saya arahkan ke sekolah.

Targetnya?

Juara-juara Pemkot mungkin dulu, DKI dulu, juara provinsi dulu, atau swasta nasional, atau sirkuit nasional.

Berapa siswa?

Indihome siapkan sepuluh atlet untuk masuk pembiayaan dari Indihome.

Harapannya ke depan?

Harapannya jangan hanya satu tahun. Kalau nyiptain pemain nasional minimum 3 tahun, maksimum 6 tahun. Kalau bisa kita nyambung terus setiap tahun.

Indihome terus sampai minimum 4 tahun. Jadi tahu hasilnya. Anak ini bisa jadi pemain nasional atau tidak.

Direktur Consumer Service Telkom FM Venusiana R (kedua kanan) dan EVP Telkom Regional II Area Jakarta Banten Bogor Tangerang Bekasi (Jababotabek) Teuku Muda Nanta (kiri) berbincang dengan Pebulu Tangkis Marcus Gideon (kanan) dan Pebulu Tangkis Kevin Sanjaya (kedua kiri) usai menyerahkan medali kepada sepuluh pemenang IndiHome Gideon Badminton Academy (IGBA) di Gideon Badminton Hall, Ciangsana, Bogor (5/2/2021). Sepuluh pemenang ini mendapat dukungan penuh dari IndiHome untuk menjalani pendidikan badminton sebagai upaya mencetak generasi muda, khususnya calon atlet muda badminton Indonesia. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Bagaimana Gideon kecil hingga akhirnya bisa menjadi nomor satu dunia?

Kecil memang dia belum terpikir. Kalau saya kan cuma ngelatih. Kalau anaknya sebatas dia main-main mending tidak usah. Akhirnya anaknya diputuskan umur 13 itu sungguh-sungguh. Benar-benar serius.

Diapain tidak ada ngeluh. Akhirnya kita latih dengan serius, dia mau. Umur 17-18 dia masuk nasional. Sejak nasional pun tidak didiamkan saja begitu.

Kalau dia pulang pun kita latih lagi, Sabtu atau Minggu, kita tambahin kekurangan-kekurangan. Dan kita beri masukan ke dia.

Di PBSI kamu latihannya harus lebih. Misal orang lain di atas dia latihan pagi-sore sama. Kamu mesti tambah, jam 5 pagi bangun di sana, jam 6 sudah latihan sampai jam 7.

Abis itu sarapan, kamu jam 8 ikuti program seperti yang lain. Akhirnya, mungkin berkat dari Tuhan juga, dia ranking nomor satu dunia.

Baca juga: Djarum Tak Lagi Sponsor PBSI, Ini Dampaknya Menurut Kurniahu Gideon

Anda sempat masuk ranking 7 dunia, sekarang memiliki anak yang melebihi prestasi Anda?

Bangga sekali, anak saya bisa melewati saya. Dan saya senang sekali, anak saya menjadi ranking 1 dunia. Ya semoga anak saya bisa juara dunia, juara olimpiade, harapan saya itu.

Pernah kah seorang Gideon melewati masa-masa sulit? Apa motivasi dari Anda sebagai seorang ayah yang juga atlet?

Waktu itu dia pernah ranking 29. Terus, biasa pelatih kalau ranking segitu disuruh kumpulin kok. Ranking 10 besar saja yang diperhatiin.

Kecewanya dia itu ketika pasangan ganda lain diberangkatkan ke All England. Padahal waktu itu rankingnya tidak ada.

Tapi kok dia (Gideon) ranking 29 kok tidak diberangkatkan. Dia kecewa sekali, dan bilang "Saya mau pulang, dan kirim surat mengundurkan diri."

Saat itu saya kasih motivasi di rumah. Kamu mau apa sekarang? Dia bilang berhenti. Saya tanya benar? Dia bilang kalau ada partnernya saya mau.

Direktur Consumer Service Telkom FM Venusiana R (tengah) disaksikan EVP Telkom Regional II Area Jakarta Banten Bogor Tangerang Bekasi (Jababotabek) Teuku Muda Nanta (kiri) menyerahkan medali kepada sepuluh pemenang IndiHome Gideon Badminton Academy (IGBA) di Gideon Badminton Hall, Ciangsana, Bogor (5/2/2021). Sepuluh pemenang ini mendapat dukungan penuh dari IndiHome untuk menjalani pendidikan badminton sebagai upaya mencetak generasi muda, khususnya calon atlet muda badminton Indonesia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Akhirnya dia dapat partner namanya Andre. Kalau tidak salah hanya sebulan ikut Indonesia Open.

Terus Markus Kido bilang saya mau partner kamu, saya tidak lagi sama Hendra AG. Saya mau partner sama kamu. Anak saya senang, karena dia kan juara olimpiade. Terus Imelda telepon saya, ada rapat klub kalau Kido sekarang dipartner.

Waduh berat ke luar negeri bayar sendiri. Oh ya sudah nanti dibantu. Kayak tiket pesawat kan berat. Akhirnya setuju. Pertandingan-pertandingan, akhirnya dia juara Prancis, juara grandprix, lumayan rankingnya naik.

Eh sudah Kido bilang, pinggang saya tidak kuat, tidak bisa ngimbangin kamu. Saya kayaknya mau berhenti, kamu cari partner lain. Abis itu Gideon bingung, diajakin orang Hongkong untuk partner, saya bilang jangan, merah-putih, NKRI.

Mau susah mau gimana yang penting bisa makan di sini, nanti papa jarang ketemu. Abis itu dia nge-chat ke Yusuf, mungkin abis ini partner saya tidak ada lagi.

Ditanya mau masuk pelatnas lagi tidak, kebetulan Kevin nganggur. Kevin partnernya Stevanus sakit. Kosong Kevin akhirnya dipartner sama Kevin. Sampai sekarang ini.

Baca juga: Lima Syarat Wajib Bagi Pengganti Susi Susanti Versi Ayah Marcus Gideon

Gideon tahu dunia bulutangkis dari Anda?

Ya saya ajak main. Saya kan melatih dari saya berhenti 1986 saya melatih. Terus saya ajak waktu pas umur 8 tahun ajak main. Lama-lama dia senang.

Tapi belum sungguh-sungguh. Kalau digenjot nangis juga, ada malesnya juga. Paling benar pas umur 13 tahun. Benar-benar fight, ingin jadi pemain nasional.

Betul ya suka main game?

Dulu kecil biasa anak-anak PlayStation. Kadang-kadang suka males main bulutangkis kalau sudah main game. Tapi lama-lama dia sadar sendiri. Sadarnya pas juara di Prancis sama Markus Kido.

Harapan Anda kedepan untuk Gideon?

Juara dunia dan olimpiade. Kalau itu sudah terpenuhi ya terserah dia, kalau lanjut lagi kalau masih kuat tidak apa-apa. Kalau tidak kuat mau berhenti ya tidak apa-apa juga. Harapan saya juara dunia dan olimpiade.

Even terdekat All England, Gideon sempat absen setahun, bagaimana pandangan Anda sebagai seorang atlet?

Kalau saya kan sudah lama tidak pertandingan, saya ada pengaruh sedikit. Mental di lapangan. Pasti penyesuaian dulu, makanya dikasih Jerman biar tidak kaget di All England.

Pebulu Tangkis Ganda Putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon bersama Ayahnya Kurniahu Gideon berpose sebelum wawancara dengan Tribun Network di di Gideon Badminton Hall, Ciangsana, Bogor, Jumat (5/2/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Peta di ganda putra seperti apa?

Banyak dari Jepang bagus-bagus. Dari China juga bagus. Ada Malaysia. Apalagi Taipei juara tiga kali berturut-turut di Thailand, ya pasti bagus. Saingan pasti ada. Sekarang banyak yang bagus-bagus.

Jelang Imlek biasanya aktivitas seperti apa?

Wah latihan terus Gideon apalagi jelang Jerman. Imlek kayaknya biasa saja. Imlek pagi latihan. Karena persiapan Jerman, apalagi dia sudah lama tidak turun. Percaya diri mesti ada.

Tradisi keluarga?

Umum saja ya. Paling makan saja sambil kumpul bareng keluarga. (tribun network/denis)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini