Kepala pelatih ganda campuran Indonesia, Richard Mainaky sangat menyayangkan tersingkirnya Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti di Olimpiade Tokyo 2020.
Atas kegagalan tersebut, Richard mengatakan pihaknya bakal mengevaluasi Praveen/Melati terutama soal kesalahan-kesalahan yang mereka buat.
“Nanti lepas dari itu kami akan evaluasi Praveen/Melati ke depannya. Tinggal evaluasi, atletnya harus apa, sesadar mungkin harus apa,” kata Richard Mainaky.
Baca juga: Praveen/Melati Tersingkir di Olimpiade, Richard Mainaky Sebut Sudah Salah Langkah Sejak Penyisihan
“Mau lebih besar lagi, mau berubah lebih baik lagi tergantung atletnya nanti,” sambungnya.
Kekalahan ini memupus harapan ganda campuran Indonesia untuk mempertahankan medali emas Olimpiade yang mereka raih di Rio de Janeiro, Brazil tahun 2016.
Kala itu, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sukses meraih medali emas pada ajang prestisius empat tahunan ini.
Meski demikian, ia akan bertanggung jawab atas kegagalan anak asuhnya di hadapan PBSI.
“Apapun hasil semua itu saya yang bertanggung jawab dan saya akan pertanggungjawabkan kepada PBSI. Memang sudah seperti itu. Apapun hasil bagus apa tidak, kita sebagai pelatih paling di depan,” kata Richard.“Jadi kami bilang bukan menyesal tapi disayangkan,” sambungnya.
Baca juga: Hasil Bulutangkis Olimpiade, Cukup 36 Menit, Ganda Nomor Satu Kirim Praveen/Melati Pulang Kampung
Buang Peluang di Penyisihan Grup
Lebih lanjut, Richard Mainaky menilai penampilan Praveen/Melati seharusnya bisa memanfaatkan peluang pada fase grup.
Bila keluar sebagai juara grup, mereka pun bakal mendapatkan lawan yang tidak terlalu sulit di babak perempat final.
Akan tetapi, kesempatan itu tidak bisa mereka manfaatkan lantaran kalah di laga terakhir melawan wakil Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino, dengan skor 13-21, 10-21.
“Itu yang sayang tidak maksimal di kualifikasi grup. Seharusnya kan punya peluang lebih besar untuk melawan Yuta/Arisa dan menjadi juara grup. Jadi bisa menghindari (wakil China). Cuma ya itu kita lihat mainnya kurang pas, padahal itu penentuan,” jelasnya.
Hasil ini sekaligus menambah catatan rekor kekalahan Praveen/Melati menjadi 2-8 dari Zheng Siwei/Huang Ya Qiong. (Tribun Network/bwf/jid/wly)