TRIBUNNEWS.COM, TOKYO- Usai memastikan diri meraih medali emas, ada momen spesial saat Apriyani Rahayu menangis sesegukan saat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pelatih Eng Hian.
Terungkap saat-saat awal Apriyani Rahayu bergabung dengan Pelatnas.
"Tapi masih panjang ya," kata Eng Hian kepada Apriyani dalam cuplikan video yang diunggah greyspolii.fanbase dari Instastory akun Instagram noc.indonesia.
Eng Hian terus memotivasi atletnya bahwa perjuangan dia masih panjang. Masih banyak turnamen yang harus diikuti oleh Apri.
"Ya? Gold sebanyak-banyaknya," Ucap Eng Hian yang langsung dijawab "Iya" oleh Apri dalam pelukan pelatihnya.
Pada momen Apri menangis sambil memeluk pelatihnya itu, Eng Hian sempat menjawab pertanyaan wartawan. Saat itu apa yang dibawa Apriyani saat pertama masuk pelatnas.
"Apri cuma bawa uang Rp200 ribu, mau diapain?"
"Luar biasa Apri, Gak Pernah kenal lelah, gak pernah kenal capek. Program apa aja saya makan koh kata Apri. Luar biasa (kamu) Apri," ucap Eng Hian menirukan momen Apri bicara kepada saat itu.
"Terima kasih Koh," kata Apri.
"Jangan puas. Gak boleh puas, tidak boleh puas ya. Jalan masih panjang," pinta Eng Hian
"Iya Koh, makasih Koh," jawab Apri.
Eng Hian merupakan seorang legenda bulu tangkis Indonesia. Bersama Flandy Limpele, pria yang akrab disapa Didi itu berhasil mempersembahkan medali perunggu bagi Merah Putih pada Olimpiade Athena 2004.
Dikutip dari Kompas.com. kisah Apriyani Rahayu, Cuma Modal Raket dan Uang Rp 200.000 Saat Pelatnas hingga Raih Emas Olimpiade.
Apriyani Rahayu melalui perjalanan sulit dalam kariernya sebagai pebulu tangkis. Apriyani Rahayu sudah menunjukkan minatnya dalam olahraga bulu tangkis sejak usianya masih tiga tahun.
Ani, sapaan Apriyani, awalnya dibuatkan raket dari kayu dan kok dari jerami oleh sang ayah, Ameruddin, agar bisa menekuni hobinya saat balita.
"Jadi saat pertama mencoba olahraga ini, Ani menggunakan raket yang saya buat dari kayu dengan dengan shuttlecock terbuat dari jerami," kata Amerudin melalui telepon, Senin (2/8/2021).
Memasuki bangku sekolah dasar, Apriyani yang masih hobi bermain bulu tangkis meminta untuk dibelikan raket sesungguhnya.
Namun, Ani hanya diberi raket usang yang tali senarnya sudah pada putus karena keluarganya memiliki keterbatasan ekonomi.
"Masalahnya kalau tidak dikasih raket, dia menangis," tutur Ameruddin mengenang.
Apriyani kemudian mulai berlatih di Gedung Sarana Kegiatan Bersama (SKB) Unaaha, Kabupaten Konawe, yang berjarak 9 kilometer dari rumahnya.
Apriyani mulai ikut turnamen bulu tangkis tingkat kecamatan pada 2005, setahun kemudian dia ikut ajang bulu tangkis junior tingkat Kabupaten Konawe.
Potensi Ani sudah terlihat dengan kecermelangannya tampil di sejumlah turnamen junior tingkat daerah.
Seperti ketika dia meraih juara II Pekan Olahraga Daerah (Porda) Sultra di Raha, Kabupaten Muna, pada 2007.
Naik ke turnamen junior tingkat provinsi, Ani juga dapat menunjukkan penampilan gemilangnya. Apriyani kemudian bergabung dengan klub PB Pelita Bakrie binaan legenda bulu tangkis Tanah Air, Icuk Sugiarto, di kawasan Kosambi, Jakarta Barat, pada 3 September 2011.
Hal tersebut dilakukan demi mengasah kemampuannya untuk menjadi pebulu tangkis profesional.
Apriyani sendiri dibawa oleh Akib Ras, salah seorang pegawai kantor perwakilan Konawe ke Jakarta, untuk bergabung dengan PB Pelita Bakrie. Dia sempat mendapat penolakan, tapi dengan usaha Akib, Icuk Sugiarto akhirnya mau menerima Ani.
Pada tahun 2017, Apriyani yang hanya bermodalkan sebuah raket dan mengantongi uang Rp 200.000 mendatangi pelatih Eng Hian untuk berlatih di Pelatihan Nasional (Pelatnas) Cipayung, Jakarta.
Sejak saat itu, Apriyani mulai bermain di level senior dan diduetkan dengan Greysia Polii. "Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas, dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp 200.000 di tangan," kata Eng Hian usai Greysia/Apriyani menjadi juara Daihatsu Indonesia Masters 2020.
"Dia bilang dia mau jadi juara, terserah Koh Didi mau kasih program apa, saya siap."
Apriyani Rahayu kemudian terus menunjukkan kegigihannya meski sudah meraih berbagai prestasi di tingkat senior.
"Itu dibuktikan sama dia, saat masih punya duit sampai sekarang sih tidak ada yang berubah, dari segi latihan dan kemauan masih sama," ujar Eng Hian melanjutkan.
Eng Hian sendiri memiliki harapan yang begitu besar kepada Apriyani dan Greysia agar bisa meraih prestasi tertinggi, yakni Olimpiade.
"Harapan saya, mereka tidak puas begitu saja, perjuangan belum selesai. Setelah tanding, saya enggak sampaikan apa-apa karena memang setelah juara ya mulai dari nol lagi," katanya.
"Target utama mereka kan lebih dari ini. Dalam hati tentu saya bangga sama mereka, luar biasa."
"Tapi, saya enggak mau mereka puas di sini, jadi biasa saja. Habis juara, bagus, tapi di depan masih ada Olimpiade, target yang lebih besar lagi," katanya menegaskan.
Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii sendiri akhirnya dapat menjawab harapan Eng Hian untuk menjuarai Olimpiade.
Pada Senin (2/8/2021), Greysia/Apriyani sukses meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 usai mengalahkan ganda putri China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
Ini adalah medali emas pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. Selain itu, Greysia/Apriyani mencatatkan sejarah sebagai ganda putri Indonesia pertama yang meraih emas di Olimpiade. (kompas.com/Celvin Moniaga Sipahutar)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Apriyani Rahayu: Cuma Modal Raket dan Uang Rp 200.000 Saat Pelatnas hingga Raih Emas Olimpiade"