Oleh sebab itu, PBSI melekatkan kata 'pemerhati' kepada sosok Tumin karena kegigihan dan keuletannya yang konsisten menuangkan ide dan pemikiran tentang bulutangkis.
"Pak Tumin ini terkenal. Kalai kami mengistilahkannya pemerhati bulutangkis," jelas Chaifrioni.
Salah satu tulisannya yang saat ini diterapkan banyak atlet pelatnas bulutangkis mengenai servis pendek.
Servis pendek lebih efektif dibandingkan servis lambung karena banyak memiliki kelemahan menurutnya.
"Itulah dia punya tesis dan dipertahankannya. Dan katanya itu diterima oleh atlet-atlet, pelatih di Pelatnas PB PBSI. Jadi jarang baik double maupun single menggunakan servis lambung," terang Chaifrioni.
Almarhum Tumin juga kerap menuangkan gagasannya yang dijadikannya sebuah buku, kemudian dikirimkan ke insan bulutangkis, termasuk juga PBSI.
"Saya memfollow-upnya. Kami undang Pak Tumin, kami berikan dorongan, kami berikan support dari PBSI Sumsel. Dari sejak dulu itu," tambah Chaifrioni.
Namun belakangan, karena kondisi yang tidak stabil dan kian menurun, aktifitas tersebut berkurang.
Chaifrioni menjelaskan, dalam beberapa bulan belakangan, tangan Tumin kerap gemetaran.
"Saya tidak tahu belakangan ini saya lihat kesehatannya akan mundur beberapa bulan yang lalu tangannya agak tremor (gemeteran," katanya.
Tumin juga kerap berkunjung ke kantornya Chaifrioni di Jl Jenderal Sudirman dekat kantor KONI Sumsel untuk bercerita keluh kesah.
"Dia juga menawarkan buku hasil tulisannya terbitan Airlangga dan disuruhnya beli," kenang Chaifrioni.
"Dia wongnya (orangnya) aktif. walaupun rumahnya di Kenten Laut. Saya telpon saya tawari akan dijemput untuk menghadiri kegiatan di GOR Dempo. Dia datang, dia tidak mau merepotkan dijemput," pungkasnya.
Berita terkait Mohammad Ahsan
(Tribunnews.com/SinaSripoku/Abdul Hafiz)