Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Acara penutupan Paralimpiade Tokyo 2020 berlangsung secara sederhana, Minggu (5/9/2021) malam.
Acara diisi dengan pengibaran bendera, sambutan Putera Mahkota Akishinomiya dan Ketua Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons, pertunjukan kembang api, sajian musik dansa serta parade semua atlet yang ikut Paralimpiade Tokyo.
Dua atlet paralimpiade Indonesia tampil ke replika Sky Tree Tower memberikan pin bulat tipis warna warni, diikuti semua atlet lainnya.
Sebagai tanda kebersamaan dan kerja sama para atlet di ajang Paralimpiade di Tokyo, guna menggapai sukses bersama.
Bendera merah putih berkibar bersama bendera negara lainnya di tengah lapangan gedung stadiun olahraga nasional Kokuritsu Kyogijo di Shinjuku Tokyo saat penutupan paralimpiade tadi malam.
Tampilnya atlet-atlet dari seluruh dunia mengatasi handicap dan menembus batas menunjukkan potensi yang dimiliki manusia.
Sudah 57 tahun sejak Olimpiade Tokyo terakhir pada tahun 1964, yang merupakan kesempatan untuk mendorong penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Apakah festival kedua meninggalkan warisan yang menyebarkan "pikiran bebas hambatan" yang mengenali kepribadian yang beragam? Nilai sebenarnya akan dipertanyakan hanya setelah turnamen.
"Dengan melihat pelatih dan relawan yang mendukung para pemain, saya belajar pentingnya saling mendukung. Saya ingin mengerjakannya sendiri," ungkap seorang atlet kepada Tribunnews.com, Minggu (5/9/2021).
Dewan Pendidikan Metropolitan Tokyo, yang mengimplementasikan program untuk memberikan kesempatan menonton pertandingan kepada siswa SD, SMP, dan SMA, mendapat kesan seperti itu dari anak-anak yang berpartisipasi.
Terwujudnya “masyarakat simbiosis” ditujukan pada kompetisi ini. Memegang di negara mereka sendiri adalah penarik untuk mempercepat fasilitas bebas hambatan.
Undang-undang Bebas Penghalang diamandemen dua kali pada tahun 2018 dan 2020 setelah tawaran diputuskan, dan wajib untuk menambah ukuran lift di fasilitas penumpang.
Menurut Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata, pada akhir Maret 2008, 92 persen stasiun kereta api dengan lebih dari 3.000 pengguna per hari telah menyelesaikan penghapusan langkah.