"Saat itu ayah kembali, jadi saya dan ibu yang tinggal di sini," kisah pembalap berusia 27 tahun tersebut.
Nahas bagi Miller, pada akhir tahun 2011, kecelakaan menimpa sang ayah dan membuat ibunya harus bergegas kembali ke Australia.
Di momen inilah Jack Miller yang barus berusia 16 tahun resmi menjadi perantauan seorang diri.
Layaknya seorang pemuda yang tengah mengejar mimpi akan cita-cita, Miller merasakan berbagai macam kepahitan hidup.
Mulai dari kehabisan uang hingga numpang tidur di tempat orang.
"Sayang ingat benar pada tahun 2012, saya harus menumpang tidur di tempat orang lain. tu membuatku canggung meski mengenal mereka,
belum lagi di tahun 2013 saya tidak memiliki uang sama sekali untuk hidup. Itu menjadi momen pahit yang saya alami," kenang pembalap yang pernah bertandem dengan Francesco Bagnaia di Ducati.
Baru kemudian di tahun 2014, Jack Miller mulai menemukan titk perubahan dalam kehidupannya dengan bergabung ke tim KTM Ajo.
"Baru di tahun 2014 saya baru bisa berpikir tenang. 'Oke saya harus maju'. Prinsip dalam kehidupanku jelas, yakni jika jatuh sekali, maka saya akan berusaha dua kali, begitu seterusnya," papar Miller.
Miller bergabung dengan KTM Ajo di Moto3 2014 dan menyudahi kejuaraan di posisi runner-up.
Hebatnya, Miller langsung loncat kelas ke MotoGP pada musim 2015 dan bergabung dengan LCR Honda Idemitsu.
Setelah itu, dia mencari peruntungannya di bersama Pramac Racing di MotoGP 2018. Selang dua musim, dia naik kelas ke tim pabrikan Ducati.
Dua tahun membela pabrikan Italia, JackAss tampil kurang greget jika dibandingkan dengan Bagnaia. Endingnya dia berlabuh ke KTM untuk MotoGP 2023.
(Tribunnews.com/Giri)