Namun pandangan berbeda disampaikan Bagnaia.
"Pabrikan mobil jauh lebih besar dari pabrikan sepeda motor, mau tidak mau sponsor dan segala sesuatu yang menyertainya berbeda,” kata Bagnaia, dikutip dari laman Speedweek.
Bagnaia menilai, MotoGP 2023 membutuhkan warna yang baru untuk mengembalikan pamornya yang kian meredup. Dan Sprint Race dirasa cara yang tepat bagi Bagnaia.
“Saya percaya bahwa MotoGP telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan saya percaya bahwa pertunjukan yang dapat dilakukan MotoGP dalam balapan adalah sesuatu yang luar biasa," sambung pria yang akrab disapa Pecco.
"Pasti ada lebih banyak yang harus dilakukan. Dari sudut pandang saya, Piala Dunia perlu sedikit 'diremajakan'. Balapan sprint jelas merupakan sesuatu yang ekstra dalam hal ini," terang pembalap yang merupakan jebolan sekolah balap milik Valentino Rossi, VR46.
Sprint Race MotoGP 2023 memang menyuguhkan aturan yang berbeda jika dibandingkan dengan F1 dan World Superbike (WSBK).
Pada ajang MotoGP, Sprint Race hanya melangsungkan setengah dari jumlah balapan resmi. Jadi jika di Mandalika memiliki 24 lap, maka Sprint Race membutuhkan 12 putaran saja.
Pun dengan perhitungan poin, di mana posisi pertama mendapatkan 12 angka. Dan hanya posisi 1-9 saja yang berhak memperoleh poin.
(Tribunnews.com/Giri)