Mendengar pertanyaan Valentino, Taufik lalu menjawab bahwa dirinya tak mementingkan penghargaan Hall of Fame BWF.
"Buat gue itu nggak begitu penting. Kalau gue prestasi jadi yang paling penting. Kalau prestasi itu kan ditentukan diri sendiri, kalau Hall of Fame itu kan ditentukan sama orang," kata Taufik.
"Misalkan gue ketuanya nih, gue mau kasih ke kamu, kan tinggal tulis aja dia masuk di situ. Tapi kalau prestasi kan itu yang menentukan kita sendiri, juara apa engga kan itu lewat kompetisi," sambungnya.
"Ya nggak apa-apa dia dapat penghargaan itu. Mungkin dia lebih pantas menurut BWF, karena dia yang ngasih kan. Kebetulan BWF itu berkantor di Malaysia, ya silakan saja," lanjut Taufik.
Mantan pebulutangkis yang lahir 10 Agustus 1981 itu juga mempertanyakan soal lebih penting mana antara juara atau sekadar konsistensi saja.
"Dalam pertandingan itu, yang di ambil itu juara atau yang paling lama (konsisten)?" ungkapnya.
"Kalau kamu menang 10 kali perak dan hanya satu kali emas, kamu akan pilih yang mana?" tanya Taufik Hidayat.
"Jadi gue nggak mau gubris. Buat apa memperdebatkan masalah nama doang. Itu hanya tulisan saja," tegasnya.
Baca juga: Lee Chong Wei Sentil BWF, Sindir Jadwal Turnamen Bulu Tangkis yang Tak Manusiawi
Lantas apa sebenarnya Hall of Fame BWF itu?
Secara umum, Hall of Fame adalah penghargaan individu tertinggi yang diberikan kepada seseorang atas prestasinya.
Pada Hall of Fame BWF, penghargaan diberikan oleh Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) kepada atlet yang berprestasi dan memberikan pengaruh yang luar biasa.
Dilansir laman BWF, penghargaan Hall of Fame ini dimulai pada 1996 dengan empat mantan pebulutangkis Inggris yang menerimanya.
Keempatnya adalah S S C Dolby APD, RE, George A Thomas, Betty Uber dan Herbert A E Scheele.
Dari Indonesia sendiri, terdapat 10 nama legenda bulutangkis yang masuk dalam Hall of Fame BWF.