"Pas sudah di Manado, Jasen yang tergerak hati dan bilang ke bapak 'pak ya udah biar yang ke Bandung (gabung Tectoca Jasen saja'," kenang setter yang pernah membela Jakarta Pertamina Pertamax ini.
Restu pun didapatkan oleh pemilik nama lengkap Jasen Natanael Kilanta ini.
Namun sebelum bergabung dengan Tectona, Jasen lebih dulu mendapatkan drill dari sang ayah selama satu tahun mengenai bagaimana cara bermain olahraga bola voli.
Diakui oleh Jasen, satu bulan menjalani pelatihan bersama Tectona membuatnya rindu akan keluarga.
"Jadi selama di Manado, Ibu ya khususnya, sangat perhatian ke Jasen. Jadi agak kontras selama di Bandung apa-apa harus sendiri," terangnya.
Dari sinilah terbentuk karakter Jasen yang mencoba mandiri dengan segenap upayanya memenuhi keinginan menjadi pevoli profesional.
Selama berlatih voli, pasang-surut performa maupun tekad sempat menghantam Jasen Natanael. Beberapa kali bahkan dia ingin menyudahi usahanya menjadi pevoli.
"Sulit ya, pada tahun 2018 sempat berada di momen 'sudah cukup untuk berhenti'. Karena memang jarang diberikan kepercayaan untuk tampil."
"Pun pada tahun 2019 sebelum akhirnya banyak berdiskusi dengan mas Agung (Seganti). Kalau enggak, mungkin saya sudah berhenti," terangnya.
Namun berbagai jalan terjal yang dilalui oleh Jasen Natanael, setiap tetes keringat selepas latihan kini membuahkan hasil manis.
Hasrat bagi setiap pevoli, termasuk Jasen Natanel untuk membela Timnas Indonesia terealisasi.
Tim-tim yang pernah menggunakan jasa Jasen di ajang Proliga meliputi Jakarta Pertamina Pertamax, Jakarta Pertamina Energi dan Jakarta STIN BIN.
Jasen bersama Dio Zulfikri dan Nizar Zulfikar merupakan pevoli yang dipanggil untuk mengemban posisi setter pada event Internasional yang akan diikuti oleh Timnas voli putra Indonesia.
Timnas voli putra Indonesia memanggil 18 pemain, termasuk Jasen yang dipersiapkan untuk ambil bagian di kejuaraan AVC Challenge Cup, Asian Men's Volleyball Champions, dan Asian Games.