Meski punya teknik mumpuni, mental baja para pemain Indonesia justru tak terlihat di lapangan.
"Saya sangat kecewa dengan beberapa pemain karena dengan persiapan yang baik, tapi penampilannya tidak maksimal. Semestinya ini tidak terjadi."
"Kendalanya yang paling kentara adalah daya juang di lapangan yang sangat kurang."
"Jiwa tidak mau kalah, jatuh bangun di lapangan tidak diperlihatkan. Padahal, itu yang kami harapkan karena secara persiapan sudah maksimal," kata Ricky.
Ricky pun menuturkan alasan mengapa ia berani berkata soal mental "tempe" pemain.
Pasalnya, Ricky mengaku sudah mendapat laporan dari Moh Nanang Himawan Kusuma selaku Analis Performa Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024 PBSI.
Dari laporan Nanang, diketahui bahwa para pemain Indonesia sudah punya teknik dan skill yang meningkat.
Sayangnya, skill yang bagus ketutup oleh mental ciut kala bertanding di lapangan.
Sebagai contohnya adalah kekalahan dua ganda putra Indonesia yakni Leo/Daniel dan Bagas/Fikri.
Menurut Ricky, keduanya belum memberikan performa yang 100 persen.
"Contoh dari ganda putra, Leo/Daniel dan Bagas/Fikri, kemampuannya belum keluar semua. Main juga belum capek. Harusnya mereka bisa memberikan performa yang lebih baik."
"Bagaimana atlet dan pelatih saat bertanding bisa menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Atlet bisa cepat mencari solusi dan pola untuk keluar dari tekanan."
"Pelatih pun harus bisa memberikan motivasi dan arahan yang tepat dan cepat saat terjad kebuntuan."
"Di luar lapangan, yang paling penting adalah komitmen dan fokus mereka untuk mengejar poin dan prestasi. Yang lain, itu harusnya nomor sekian."