Namun, Taufik langsung bisa menjejak partai final.
Pada edisi All England 1999, Taufik Hidayat berhadapan dengan Peter Gade di final.
Sayangnya ia kalah dari pebulu tangkis Denmark itu dengan skor 11-15, 15-7, dan 10-15.
Taufik Hidayat memiliki kesempatan kedua pada tahun depannya.
Pada tahun 2000, ia kembali tampil di babak final All England.
Namun, cerita yang sama kembali terulang.
Bedanya, kala itu Taufik kalah dari atlet badminton China, Xia Xuanze.
Ia kandas dengan skor 6-15 dan 13-15.
Setelah era Taufik Hidayat berakhir, belum ada pemain tunggal putra yang bisa meneruskan estafet Hariyanto Arbi di All England.
Hingga akhirnya Jonatan Christie mengakhiri paceklik tersebut pada edisi 2024 kali ini.
Kemenangan tersebut tentu tak hanya membuat Jojo sendiri yang bangga.
Sekiranya seluruh insan badminton Indonesia juga merasakan euforia serupa.
Memenangi All England menjadi salah satu prestasi terbesar dalam dunia tepak bulu angsa.
Jonatan Christie berhasil memasukkan namanya ke dalam jajaran elite pemain yang pernah menjadi juara turnamen Super 1000 ini.