TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah tim voli putra Liga Voli Korea 2024/2025 mengkritisi federasinya sendiri, KOVO, yang cenderung mengabaikan pasar transfer pemain Asia Tenggara, khususnya Indonesia.
Dari rilis pemain yang terdaftar untuk seleksi Asia Quarter Liga Voli Korea 2024/2025 (putra), tidak ada satupun pevoli asal Indonesia yang ambil bagian.
Padahal mengacu kepada sukses Megawati Hangestri Pertiwi bersama Daejeon JungKwanJang Red Sparks, tim-tim putra Liga Voli Korea yakin ada beberapa pemain yang cocok untuk mendukung skema permainan mereka.
KOVO telah menggelar seleksi Asia Quarter untuk tim putra Liga Voli Korea 2024/2025 yang rampung berlangsung pekan lalu di Pulau Jeju.
Tidak ada pevoli Indonesia yang terdaftar. Salah satu alasan kuatnya memang tidak berpartisipasinya Rivan Nurmulki dkk karena bentrok dengan Proliga 2024.
Padahal tahun lalu, ada 7 pevoli putra Indonesia yang terdaftar dalam sistem seleksi pemain asing Asia Liga Voli Korea. Hanya saja yang berangkat ke Korea Selatan untuk mengikuti try-out hanya Rendy Tamamilang dan Dimas Saputra kala itu.
Sedangkan lima pemain lainnya fokus kepada TC untuk SEA Games 2023.
Namun untuk edisi kali ini, Indonesia hanya menempatkan Megawati Hangestri Pertiwi di Liga Voli Putri Korea 2024/2025.
Hal itu disayangkan oleh salah satu pelatih tim putra Liga Voli Korea.
Dia yang tak mau disebutkan namanya, secara tegas mengkritisi KOVO, yang cenderung mengabaikan pemain asing Asia Tenggara, khususnya sektor putra.
Dia kemudian mengambil contoh Megawati Hangestri.
Menurutnya, untuk sektor putra, banyak pemain Indonesia yang dapat bersaing di Liga Voli Korea. Dan faktanya terjadi musim lalu di mana hampir semua tim menginginkan Rivan Nurmulki bergabung.
Baca juga: Mega Efek Indonesia vs Red Sparks, KOVO All Star Bakal Berlangsung di Jakarta
Sayangnya, Rivan tidak bisa untuk dipilih karena tidak mengikuti seleksi waktu itu.
"Ketika saya melihat V-League Women di mana JungKwanJang (Red Sparks) menikmati keberhasilan besar bersama Megawati, saya rasa pasar transfer Asia Tenggara, khususnya Indonesia untuk tim putra tidak bisa disampingkan," terang pelatih tim putra Liga Voli Korea, dikutip dari laman Naver.
"Faktanya, kita tidak bisa mengesampingkan itu, perlu ada kebijakan baru yang dilakukan KOVO dalam hal perekrutan pemain asing Asia," terangnya menambahkan.
KOVO memang terus disorot soal kebijakan perekrutan pemain asing karena harus menjalani mendaftar dan seleksi lebih dulu.
Padahal di liga voli manapun, tim hanya perlu melakukan negosiasi dan menyetujui nilai transfer untuk mendapatkan amunisi asing.
Tapi regulasi Liga Voli Korea memaksa para pelatih mau tak mau harus menerima stok pemain yang terdaftar dalam proses seleksi.
Khusus untuk pasar transfer asing Asia, kehadiran Megawati membuktikan efektifitas permainan.
Di sisi lain, pemain asing Asia dinilai lebih ramah terhadap sisi finansial klub, karena memiliki gaji yang tak terlalu tinggi di banding pemain asing Non-Asia.
Sebagai bukti, Megawati di musim pertama Liga Voli Korea memperoleh gaji Rp1,5 miliar.
(Tribunnews.com/Giri)