Akan tetapi Labar/Corvee mengajukan banding hingga kepada Pengadilan Arbitrasi Olahraga (CAS) atas keteledoran yang dilakukan oleh BWF.
Berkat bantuan dan keputusan final dari CAS, Labar/Corvee berhak mentas di Olimpiade Paris 2024 dan disetujui oleh BWF dalam rilisannya.
Ini yang membuat huru-hara lantaran untuk pertama kalinya ada 17 pasang dari ganda putra di Olimpiade.
2. Hasil Drawing Merugikan
Efek blunder BWF di ganda putra, jelas ada satu grup yang harus bertarung dengan lebih dari tiga kontingen saat dipantau dari BWF TV.
Hasilnya Grup D diisi oleh Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark/2) , Liu Yuchen/Ou Xuan Yi (China), Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan), Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), dan Vinson Chiu/Joshua Yuan (Amerika Serikat).
Praktis perjuangan wakil-wakil di grup D cukup berat.
Sebab mereka harus bertanding lebih banyak laga demi memperebutkan dua tempat ke babak perempat final.
Ini ujian berat bagi wakil-wakil yang lolos secara 'alami' via perhitungan poin Olimpiade.
Drawing 'membagongkan' lainnya bukan hanya dari ganda putra.
Satu di antaranya ada di sektor tunggal putra yang dinilai cukup merugikan.
Jonatan Christie dari Indonesia justru yang ketiban apes. Dia berada di Grup L dengan total ada 4 wakil.
Hasil drawing tersebut cukup aneh lantaran Jojo harus bertanding lebih lama ketimbang kompatriotnya Ginting yang berada di Grup H dengan total 3 wakil.
Jelas secara penghitungan Jojo akan lebih sibuk dan kelelahan lantaran bermain melawan tiga utusan.
Padahal Jojo termasuk wakil berstatus unggulan. Namun justru mendapat hasil drawing yang merugikan efek aturan BWF.