TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Di tengah serbuan tentara Israel di Gaza, atlet Palestina telah tiba di Paris untuk mengikuti Olimpiade 2024.
Mereka tiba di Paris dengan selamat jelang pembukaan pesta olahraga terbesar dunia itu yang akan dibuka pekan ini.
Tim Palestina untuk Olimpiade terdiri atas enam atlet yang akan bertanding di cabang tinju, judo, taekwondo, menembak dan berenang.
Para atlet berharap dapat membuat rakyatnya bangga dan membawa pulang medali Olimpiade pertama bagi Palestina.
"Mencetak sejarah, pemain taekwondo Palestina pertama yang lolos ke Olimpiade. Saya sangat bangga dan senang bisa sampai sejauh ini," kata Omar Yaser Ismail, 18 tahun, dari Jenin.
Semua atlet lainnya harus melalui proses wild card play off agar bisa lolos.
“Saya sudah memimpikan momen ini sejak saya masih kecil. Saya sangat senang membayangkan diri saya di Paris bersama atlet-atlet terbaik di dunia. Sangat senang bisa mengibarkan bendera saya di podium,” kata atlet muda Olimpiade yang akan bertanding di kelas berat Taekwondo di bawah 58 kg ini.
Baca juga: Atlet Israel di Olimpiade Paris Diancam Dibunuh, Agen Kontraspionase Shin Bet Israel Diturunkan
Dia melaju ke Olimpiade Paris setelah menang atas sesama atlet dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Afghanistan di turnamen kualifikasi Asia di Tai'an, Tiongkok.
Waseem Abu Sal, 20 tahun, dari Ramallah akan bertanding dalam divisi tinju kelas ringan (di bawah 63 kg).
Pertandingan pertamanya akan berlangsung pada 28 Juli.
Dia mengatakan kepada AFP telah bermimpi untuk memenangkan medali Olimpiade di rumah sejak usia 10 tahun.
"Setiap hari, saya terbangun sambil bertanya-tanya bagaimana caranya untuk bisa pergi ke Olimpiade."
Atletik
Di cabang olahraga atletik, Mohammed Dwedar akan mewakili Palestina dalam lari cepat 800 meter putra.
Sementara Layla Al-Masri akan bertanding dalam lari cepat 800 meter Putri.
Dua perenang Palestina juga akan berlaga di Paris.
Mereka adalah Valerie Tarazi, yang akan berlaga di nomor gaya ganti 200 meter putri, dan Yazan al-Bawwab, yang akan berlaga di nomor gaya punggung 100 meter putra.
Tarazi, yang merupakan warga negara Palestina-Amerika yang memiliki saudara di Jalur Gaza, mengatakan bahwa "kami di sini bukan untuk berlaga hanya untuk diri kami sendiri atau untuk mewakili diri kami sendiri secara pribadi".
Terkait perang, ia menekankan bahwa dirinya adalah salah satu warga Palestina paling beruntung yang masih hidup.
Tetapi ia juga merasa rindu untuk berada di Gaza bersama masyarakat dan menyatakan bahwa situasi ini “membebani kami setiap hari.”
Dalam cabang olahraga menembak skeet, Jorge Antonio Salhe yang berusia 49 tahun juga akan mewakili Palestina.
Sementara Fares Badawi yang berusia 27 tahun, dari Tepi Barat yang diduduki, akan mewakili Palestina di Paris.
Dia bertanding dalam kelas berat Judo di bawah 81 kg.
Gagal ke Olimpiade Karena Kelaparan
Sayangnya, atlet Palestina juga telah dirampas kesempatannya untuk berkompetisi dalam olahraga mereka kali ini.
Seorang atlet angkat besi dari Jalur Gaza, bernama Mohammed Hamada, pernah berkompetisi di Olimpiade Jepang 2020 di kelas berat 102 kilogram (225 pon).
Dia mendapatkan medali saat itu.
Namun di Olimpiade Paris 2024 ini dia terpaksa tidak ikut berkompetisi.
Memang dia berhasil melarikan diri dari Gaza ke Mesir setelah dipaksa meninggalkan rumahnya akibat serangan tentara Israel.
Namun dia kini terjebak di kota paling selatan di wilayah itu, Rafah.
Di sana kurangnya akses terhadap makanan, ditambah dengan kengerian perang lainnya, menyebabkan ia kehilangan sekitar 20 kg atau 40 pon massa tubuhnya.
Berat badan yang berkurang ini tidak memenuhi syarat baginya turun di cabang olahraga angkat besi.
Selain itu, atlet Olimpiade Palestina yang paling terkenal, pelari jarak jauh Majed Abu Maraheel, yang pada tahun 1996 di Atlanta menjadi orang Palestina pertama yang berkompetisi dalam Olimpiade, tewas selama perang di Gaza karena penolakan Israel untuk mengizinkannya menerima perawatan medis yang sangat dibutuhkan.
Genosida yang Sedang Berlangsung di Gaza
Saat ini Israel sedang diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina.
Israel telah melancarkan perang di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 38.893 warga Palestina telah tewas dan 89.727 lainnya terluka.
Selain itu, sedikitnya 11.000 orang masih belum diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Israel mengatakan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas selama Operasi Banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober.
Organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas yang terbunuh dan terluka adalah wanita dan anak-anak.
Perang Israel telah mengakibatkan kelaparan akut, terutama di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, kebanyakan anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan pengungsian paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk di dekat perbatasan dengan Mesir– dalam apa yang telah menjadi eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba tahun 1948.
Kemudian dalam perang tersebut, ratusan ribu warga Palestina mulai berpindah dari selatan ke Gaza tengah dalam upaya mencari keselamatan.
Sumber: Anadolu/PK/AFP