TRIBUNNEWS.COM - Kontingen Malaysia sepertinya dipaksa untuk terus bersabar menanti medali emas pertamanya dalam sejarah Olimpiade.
Teranyar di Olimpiade Paris 2024, peluang Malaysia mendapat emas pertamanya sempat terbuka lebar.
Hal ini dikarenakan tiga wakil Malaysia, khususnya dari cabor badminton sukses melaju ke semifinal.
Ketiga wakil Malaysia yang dimaksud Lee Zii Jia (Tunggal Putra), Aaron Chia/Soh Woii Yik (Ganda Putra) dan Pearly Tan/Thinaah Muralitharan (Ganda Putri).
Asa Malaysia meraih medali emas pertama Olimpiade sempat melambung setelah ketiganya lolosĀ semifinal di sektornya masing-masing.
Baca juga: Jadwal Final Badminton Olimpiade Paris 2024: An Se-young & Viktor Axelsen di Ambang Sejarah
Ketika ketiganya sudah menginjakkan kaki di semifinal, artinya medali emas Olimpiade kian dekat.
Setidaknya butuh dua kemenangan lagi bagi salah satu dari ketiganya untuk bisa mempersembahkan medali emas pertama bagi Malaysia.
Hanya saja takdir seakan berkata lain, medali emas masih belum ditakdirkan berjodoh dengan Malaysia.
Tiga wakil Malaysia cabor badminton tersebut justru malah kompak tumbang di babak semifinal.
Lee Zii Jia yang kalah melawan Kunlavut Vitidsarn (Thailand) dengan skor 21-14 dan 21-15 di semifinal.
Aaron Chia/Soh Woii Yik disingkirkan andalan China, Lia Wei Keng/Wang Chang, 21-19, 15-21 dan 21-17.
Sementara, Pearly/Thinaah juga tumbang di tangan Chen Qingchen/Jia Yifan, 21-12, 18-21 dan 21-15.
Kekalahan yang diderita oleh tiga wakil Malaysia tersebut seakan membuyarkan harapan Malaysia untuk pecah telur medali emas di Olimpiade Paris 2024.
Perjuangan Malaysia untuk meraih emas pertama Olimpiade akhirnya benar-benar berakhir antiklimaks.
Sebagai salah satu negara besar di Asia Tenggara, fakta bahwa Malaysia belum pernah meraih emas di Olimpiade menjadi sebuah kejutan.
Apalagi Malaysia sudah berulangkali tampil di perhelatan Olimpiade sejak pertama kali digelar 1896.
Lee Chong Wei yang pernah menguasai dunia badminton saja tidak mampu meraih emas meski sudah tiga kali tampil di final Olimpiade.
Dari sekian banyak negara Asia Tenggara yang tampil di Olimpiade, setidaknya baru lima negara yang sudah meraih emas.
Pertama adalah Indonesia lewat Susi Susanti yang menjadi pendulang medali emas pertama tahun 1992.
Pada edisi 1996, Thailand yang merupakan tetangga sekaligus rival Indonesia baru memenangkan emas pertamanya di Olimpiade.
Adapun sosok yang berhasil mempersembahkan emas pertama bagi Thailand yakni Somluck Kamsing di Olimpiade Atlanta 1996.
Somluck Kamsing sukses meraih emas setelah penampilan gemilangnya di cabor tinju.
Singapura menjadi negara ketiga yang berhasil meraih emas pertamanya di Olimpiade.
Menariknya, Singapura menunggu cukup lama untuk merasakan kebanggaan bisa meraih emas di Olimpiade.
Ialah Joseph Schooling yang secara tak terduga menjadi aktor utama peraih emas perdana Singapura.
Tepat di Olimpiade Rio De Janeiro 2016 silam, Joseph Schooling membawa pulang emas dari cabor renang.
Pada edisi yang sama, Vietnam ternyata juga bisa pecah telur meraih emas perdana dalam sejarah Olimpiade.
Jika Singapura meraih emas perdananya lewat renang, Vietnam justru melalui cabor menembak.
Sosok Hoang Xuan Vinh yang menjadi penembak andal Vietnam sukses mengklaim emas di cabor menembak Olimpiade Rio 2016.
Di Olimpiade Tokyo 2020 lalu, Filipina pecah telur juga dan menjadi negara Asia Tenggara kelima yang meraih emas.
Melalui perjuangan luar biasa Hidilyn Diaz, Filipina meraih emas perdana Olimpiade lewat cabor angkat besi.
Berdasarkan data di atas, baru lima negara dari kawasan ASEAN yang sudah meraih emas di Olimpiade.
Peluang Malaysia untuk menjadi negara keenam Asia Tenggara yang meraih emas sepertinya menipis.
Lantaran badminton yang menjadi cabor ujung tombak Malaysia sudah pasti gagal meraih emas di Olimpiade Paris 2024.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan)