TRIBUNNEWS.COM - "Begitulah cinta, deritanya tiada akhir", begitulah kata Chu Pat Kay ketika menjalankan peran sebagai siluman babi dalam sebuah serial film Kera Sakti.
Kata-kata tersebut sudah lama viral dari dulu sampai sekarang hingga tak sedikit dijadikan quotes bijak dalam percintaan.
Meskipun terkesan bernada menyakitkan, mengecewakan, tragis dan negatif, kata-kata tersebut mungkin benar adanya.
Hal itulah yang mungkin dirasakan dua pesepakbola bernama Lamine Yamal dan Pratama Arhan yang mengalami kisah serupa.
Dua nama pesepakbola beda negara itu memang sudah familiar di telinga publik tanah air, meskipun beda level dan karier.
Lamine Yamal merupakan wonderkid jebolan La Masia yang kini memperkuat Barcelona dan Timnas Spanyol.
Meskipun baru berusia 17 tahun, Lamine Yamal telah jadi sorotan dunia terutama setelah membawa Spanyol juara Euro 2024.
Sementara, Pratama Arhan yang terkenal memiliki kemampuan lemparan jauh ke dalam merupakan andalan Timnas Indonesia.
Pemain berkaki kidal yang berposisi bek kiri itu kini tengah meniti karier di Suwon FC, salah satu klub Korea Selatan.
Meskipun terasa jomplang ketika kedua pemain tersebut dibandingkan, namun Lamine Yamal dan Pratama Arhan memiliki kesamaan.
Adapun kesamaan yang dimaksud menyoal isu negatif yang menerpa Lamine Yamal dan Pratama Arhan di luar lapangan.
Beberapa waktu lalu, Lamine Yamal mendapat sorotan luar biasa dari berbagai sisi setelah menjuarai Euro 2024.
Bahkan sorotan yang mengarah kepada bocah ajaib jebolan La Masia cukup lengkap baik dari sisi positif dan negatifnya.
Dari sisi positifnya, Lamine Yamal mengukir berbagai rekor bersejarah ketika mengantarkan Spanyol juara Euro 2024.