Akane sendiri cukup terkesan dengan penampilan juniornya itu. Ia mengaku cukup kewalahan dengan permainan Tomoka saat ini.
"Hari ini saya kesulitan meningkatkan tempo permainan padahal lawan saya sangat mengontrol ritme permainannya," ungkap Akane setelah pertandingan.
"Dia sangat sedikit melakukan kesalahan sendiri. Dia juga sangat berorientasi pada serangan hari ini, dan sangat agresif."
"Dia sangat luar biasa. Dia bermain di level yang melampaui usianya. Dia tetap sangat tenang, dan gerakannya sangat bagus," kata Akane dikutip dari laman BWF.
Baca juga: Kejutan Semifinal China Open 2024: Nihil Juara Bertahan, Peluang Kontingen Indonesia Berjaya
Disisi Tomoka, ia sendiri ingin menjadikan final Super 1000 ini sebagai tahap awal untuk mencapai prestasti yang lebih besar lagi.
"Target saya sebelum turnamen dimulai adalah mencapai perempat final. Jadi, saya sangat senang bisa memenangkan pertandingan kemarin dan pertandingan hari ini. Itu impian dan tujuan saya untuk bermain di final besok," kata Miyazaki.
"Di awal game kedua, lawan saya mengubah game plannya. Saya menyadarinya dan menyesuaikan rencana saya juga. Saya mampu mempertahankan performa saya hingga akhir pertandingan."
"Meskipun hari ini saya tidak bermain dengan kecepatan yang saya mampu, saya merasa bahwa saya bermain pada level yang wajar."
"Saya senang sekarang bisa bermain di final Super 1000. Dengan setiap kemenangan pertandingan, saya perlahan-lahan tumbuh dalam kepercayaan diri dan meningkatkan performa saya."
"Saya akan menganggap final besok sebagai tantangan untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi," kata dia.
Di babak final, Miyazaki akan melawan unggulan ketiga sekaligus wakil tuan rumah Wang Zhi Yi.
Wang sebelumnya menghentikan terjadinya duel All Jepang final setelah mengalahkan Aya Ohori 21-15 21-18.
Memang dengan usianya yang masih muda 18 tahun, menjadi juara di level 1000 akan menjadi catatan bersejarah. Namun yang lebih penting lagi jelas bagaimana menjaga konsistensi setelahnya.
Apa yang dicatatkan Tomoka Miyazaki setidaknya juga harus membuat Tim Badminton Indonesia bersikap dengan bijak terkait bagaimana melanjutkan estafet tunggal putri setelah era Gregoria Mariska Tunjung.
(Tribunnews.com/Tio)