Namun pelatihnya dituntut bisa membawa lolos ke Piala Dunia.
"Kita tidak bisa ke final Piala Dunia dengan cara seperti ini, kebiasaan buruk Persatuan Sepak Bola Indonesia untuk menggoyang Shin Tae-yong kembali terkuak, kenapa?" tulis pemberitaan Sports Chosun.
"Ini bukan pertama kalinya terjadi guncangan seperti itu, manajer telah memperoleh kepercayaan penuh dari para penggemar dengan membawa Indonesia ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia,"
"Meski sempat mengalahkan Arab Saudi di kandang sendiri, nyatanya hal itu membuat keraguan terus berlanjut," tambahnya.
Dipecat Gara-gara AFF? Berawal dari Media Eropa
Kegagalan membawa Timnas Indonesia lolos ke semifinal Piala AFF 2024 disebut-sebut jadi salah satu dasarnya.
Padahal Timnas Indonesia hanya mengandalkan materi skuad pemain muda untuk bersaing dengan negara lain.
Lebih dari itu, keinginan federasi untuk membawa sosok pelatih yang bisa menaikkan level Timnas Indonesia hingga menembus ajang Piala Dunia dianggap menjadi alasan lain.
Ditambah, salah satu media Italia bernama Tutosport turut melemparkan isu panas soal masa depan Shin Tae-yong bersama Timnas Indonesia.
Dalam narasi yang dibangun Tutosport, dikatakan Erick Thohir selaku pelatih PSSI bermaksud ingin mendatangkan sosok pelatih berdarah Eropa untuk bisa membawa Garuda menembus level Piala Dunia.
Dan salah satu hal yang bakal dikorbankan untuk mewujudkan hal itu tak lain Shin Tae-yong selaku pelatih.
“Indonesia bisa saja berganti pelatih. Erick Thohir, presiden federasi sepak Indonesia saat ini dan pernah menjadi pemilik Inter ingin lolos ke Piala Dunia 2026 telah memulai kampanye rekrutmen besar-besaran di Eropa, memburu pemain asal Indonesia,” tulis Tuttosport dalam artikelnya.
“Dalam beberapa bulan terakhir, ia berhasil membangun grup tingkat tinggi, yang juga mencakup pemain Venezia yakni Jay Idzes dan Eliano Reijnders, saudara dari pemain AC Milan Tijani,”
“Pada titik ini, untuk membuat lompatan lebih lanjut dalam kualitas, kami sedang memikirkan perubahan di bangku cadangan. Shin Tae-yong dari Korea, yang terlalu fokus pada fisik dan lari, tidak lagi memuaskan,”