Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vanroy Pakpahan
TRIBUNNEWS.COM, WEMBLEY - Gelandang veteran Manchester United Paul Scholes memuji Barcelona, lawan mereka di final Liga Champion 2010/2011 sebagai tim terbaik di dunia. Namun demikian, Scholes tetap yakin, Manchester United, juara Liga Premier tahun ini, dapat mengimbangi gaya permainan Barcelona di Stadion Wembley dinihari nanti.
Scholes bersiap tampil di final Liga Champions ketiganya bersama United melawan Barcelona dinihari nanti. Sebelumnya, pemain berusia 36 tahun ini ikut bermain di partai final Liga Champion 2007/2008 dan 2008/2009. Pada final Liga Champion 1998/1999 melawan Bayer Muenchen, Scholes abstain lantaran terkena akumulasi kartu.
Mantan pemain tim nasional Inggris ini punya kenangan manis kala membela United melawan Barcelona pada 2007/2008 lalu. Satu gol-nya membawa United mengangkangi Barcelona di fase Semifinal. Atas satu gol yang diciptakannya di fase Semifinal itu, Scholes pun mendapat tempat di starting eleven team Ferguson yang berlaga di partai Final melawan Chelsea, yang digelar di Moskow.
Cerita berbeda didapati Scholes di perhelatan Liga Champion tahun
berikutnya. Hanya menjadi figuran selama 20 menit, Scholes tak mampu menolong United dari kekalahan 2-0 melawan tim Catalans di Roma.
Minggu dinihari nanti, Scholes kemungkinan akan datang dari bangku cadangan United. Meski demikian, dia percaya United mampu meladeni serangan dari tim besutan Pep Guardiola.
"Tidak ada keraguan lagi, dua tim terbaik layak ke final," kata Scholes. "Barcelona tim terbaik. Mereka sebagaimana kita semua melihat, bermain seperti apa mereka ingin bermain."
"Tapi sepakbola kita (United) bisa sama baiknya dengan mereka pada
waktu-waktu tertentu. Kami juga memiliki kualitas yang tidak bisa
dianggap remeh. Kedua tim ingin maju dan mencetak gol, jadi saya tidak
berpikir siapa yang akan lebih baik dan lebih besar di final ini,"
ujarnya.
Scholes sendiri mengaku menyesal mereka pernah menyerahkan trofi Liga
Champion yang mereka genggam, dengan mudahnya, kepada Barcelona. Dia
ingin rekan se-timnya merebut kembali trofi itu.
"Ada tekad untuk memastikan bahwa itu tidak akan terjadi lagi," kata
Scholes. "Ini bukan malam yang indah dengan musim panas yang akan
terasa sangat lama setelahnya. Tapi kali ini, kami setidaknya akan
mencoba merebutnya."