TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Wakil Menteri Kesehatan Hesham Sheiha menyebut kerusuhan suporter di Port Said, Mesir Kamis (2/2/2012), sebagai bencana terbesar dalam sejarah sepakbola Mesir. Ia mengatakan mayoritas korban meninggal karena benturan proyektil atau terkena pukulan.
Beberapa orang juga tewas karena luka-luka tusukan dan dilemparkan dari tempat tinggi. Sebagian lainnya tewas terinjak-injak saat para penonton berlarian menyelamatkan diri. "Ini pembantaian. Saya tidak pernah melihat tubuh-tubuh bergelimpangan dalam satu tempat dan waktu yang cepat seperti ini," kata Wali Kota Port Said Al Bady Farghaly.
Mengutip sumber di Departemen Kesehatan, sebanyak 1.000 orang terluka dalam huru-hara itu. Rumah sakit di kota itu dikabarkan terus kebanjiran pasien luka-luka.
Sejumlah pihak menyayangkan kurangnya pengamanan dan pengabaian terhadap protokol pengamanan pertandingan sepak bola. Sebab, hanya dalam waktu satu jam sudah 74 korban meninggal. "Kepolisian harusnya mengamankan fans dari klub tandang terlebih dahulu hingga mereka berhasil keluar dari stadion," ujar Adel Aql pejabat dari Asosiasi Sepakbola Mesir.