TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tekanan yang diberikan Menpora Andi Mallarangeng kepada PSSI jelang menggelar Kongres Luara Biasa (KLB), mendapat simpatik dari puluhan pengurus besar induk cabang olahraga (Cabor) di tanah air.
Hal itu terungkap dalam pertemuan KOI (Komite Olimpiade Indonesia) yang dipimpin langsung Rita Subowo selaku Ketua Umum KOI, dengan sejumlah Pengurus Besar (PB) Cabor di Gedung KOI, Senayan, Jakarta, Kamis (6/12/2012).
Dalam pertemuan yang sedianya untuk membicarakan persiapan Indonesia jelang bergulirnya Olimpiade Rio de Jenairo, Brasil, 2016 mendatang, kasus yang dialami PSSI pun menjadi sorotan.
"Kepedulian teman-teman dari PB lain muncul, karena khawatir kelak kasus di PSSI akan menimpa mereka. Hal inilah yang membuat semua peserta rapat sepakat mendukung kami," ungkap Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin.
Pemerintah, lanjut Djohar, semestinya membela federasi resmi dan bukan malah sebaliknya. Apalagi, masalah yang terjadi sesungguhnya bukan dari PSSI, akan tetapi diganggu oleh kelompok tertentu.
"Karena itulah, KOI dan semua rekan-rekan dari PB membulatkan tekad untuk mendukung PSSI. Ini sangat mengharukan tentunya. Sebab, teman-teman PB sangat mendukung kelangsungan PSSI," papar Djohar Arifin.
Ia pun mengaku sangat aneh dengan sikap KONI yang justru sibuk membela yang bukan anggotanya (KPSI), dan bahkan malah menekan angggotanya sendiri (PSSI). Padahal, selaku wakil pemerintah di bidang olahraga sudah sepatutnya KONI menjalankan tugas sesuai aturan yang berlaku.
"Sebetulnya tidak begitu rumit persoalan olahraga di tanah air, asalkan Pemerintah bisa menjalankan salah satu pasal dalam undang-undang sistem keolahragaan nasional yang menyebutkan, semua kegiatan olahraga di tanah air harus di bawah kontrol federasi bersangkutan," urai Djohar Arifin.
Seperti diketahui, sehari sebelumnya, Menpora mengeluarkan pernyataan akan mengambil alih pelaksanaan kongres luar biasa PSSI yang sesuai jadwal dihelat di Palangkaraya pada 10 Desember mendatang.
Itu sekiranya Joint Committe (JC) gagal menyepakati voters yang akan ikut dalam kongres luar biasa tersebut. Keputusan ini cukup berisiko, karena merupakan intervensi pemerintah, yang selama ini sama sekali tidak disukai FIFA, selaku federasi sepakbola dunia.