TRIBUNNEWS.COM – Anggota Komisi X DPR RI, Rinto Subekti, mengusulkan agar olahraga sepakbola dijadikan mata pelajaran wajib bagi para pelajar dari tingkat SD hingga SLTA. Menurut Rinto, dengan menjadikan sepakbola sebagai mata pelajaran wajib, diharapkan memunculkan spirit kerja tim, fairness (berjiwa ksatria), menghindarkan nilai dualisme, fair play dan saling menghargai.
Rinto mengatakan, alasannya mengusulkan sepakbola menjadi mata pelajaran wajib, lantaran olahraga tersebut yang diminati masyarakat dibanding cabang olahraga lain. Selain itu, kata dia, perpecahan di tubuh organiasi sepakbola di Indonesia, yakni antara PSSI dan KPSI, menjadi alasan lain ia melontarkan usulan itu. Perpecahan PSSI dan KPSI, kata Rinto, merupakan contoh yang tidak baik bagi anak-anak di Indonesia.
“Mau dikatakan politis ataupun tidak, perpecahan itu memunculkan contoh yang tidak baik bagi pelajar SD hingga SLTA terhadap olahraga itu sendiri, dan sekaligus menghancurkan spirit ksatria yang harusnya dimiliki dalam olah raga itu,” ujar Rinto melalui rilisnya yang diterima Tribunnews.com, Rabu (9/1/2013).
Secara esensi, kata dia, olah raga haruslah menghasilkan prestasi, dan kepengurusan dalam kelompok olah raga adalah manajemen yang bertujuan membantu pencapaian prestasi itu. Namun di sepakbola, kata dia lagi, Indonesia justru tidak memiliki prestasi apapun, dan sekarang malah terpecah karena berbagai kepentingan.“Yang menjadi pertanyaan adalah dari mana prestasi mau dicapai dalam kondisi seperti ini?” ujarnya.
Menurut Rinto, dalam kondisi kepengurusan sepakbola yang terpecah belah, Indonesia tidak mungkin akan berprestasi. “Lalu kapan kita akan dihormati bangsa lain dalam bidang olahraga?,” tegasnya.
Sebagai akibatnya jika dualisme kepengurusan ini tidak segera diselesaikan, Rinto menggarisbawahi, generasi muda tidak akan memiliki prestasi apapun dalam dunia olahraga. Juga akibat dari konflik dari berujung ini adalah tidak terbentuk karakter ksatria (fairness) dalam diri anak-anak yang sangat diperlukan untuk membangun sikap saling menghargai dan menghormati.